Langsung ke konten utama

Backpacking "MALANG" part 1

Sebagai seorang mahasiswa tak harus selalu disibukkan oleh kegiatan akademis ataupun organisasi kampus. Coba 'pergi ke luar'. Banyak hal menarik di luar sana. Apalagi di usia yang masih muda, sangat mumpuni bagi kita untuk menimba banyak pengalaman berharga. Salah satu caranya adalah TRAVELING!

Entah sejak kapan saya jadi menyukai traveling. Pun belakangan minat baca saya meningkat, meskipun yang saya baca buku tentang catatan perjalanan atau semacamnya. Berikut sepenggal kisah backpacking saya dan dua rekan saya yang lain. Saat itu entah bagaimana, tercetuslah ide bagi kami bertiga (Hepi, Danto dan Fahmi) untuk mengunjungi kota terbesar kedua di Jawa Timur, Malang.

Perjalanan dimulai dari kampung halaman saya, Tulungagung. Kebetulan waktu itu adalah libur kenaikan tingkat yang waktunya cukup lama karena juga bersambung dengan libur Puasa - hari Raya Idul Fitri. Jadi, karena Danto dan Fahmi masing-masing dari Ciledug sama Serpong ya sekalian aja deh saya ajak pulang kampung sebelum kami mengunjungi Malang. Selama di Tulungagung saya berusaha sebaik mungkin menjadi host juga duta wisata bagi mereka berdua. Saya pun meminta bantuan Zaenur, rekan sedaerah yang juga satu kampus namun beda jurusan dengan kami bertiga. Mereka berdua (Danto & Fahmi) kita ajak mengunjungi objek-objek yang ada dalam keterbatasan waktu.

Day 1:
Bendungan Wonorejo, one of the greatest artificial dam in South East Asia.




Taman Kota & Masjid Jami' Tulungagung



Day 2: 
Kompleks Makam-Museum-Perpustakaan Bung Karno, Blitar



Simpang Lima, ikon Kota Tahu, Kediri

terowongan menuju Simpang Lima Gumul



Day 3:
and the journey was begun...

Komentar

  1. kali-kali ke tulung agung ah...tp ga mau naek ekonomi :p

    BalasHapus
  2. iya dong! sempetin lah maen ke rumah, ntar diajakin keliling-keliling deh :)

    iya ada Kereta Eksekutif kok yang lewat Tulungagung, tenang aja. asal jadi maen ke sini. hihi

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gara-Gara (Larangan) Tripod (Masuk Kabin Pesawat)

Namanya juga impulsif dan spontan, pasti ada aja ‘kejutan-kejutan’ sepanjang perjalanan. Anggaplah ini sebagai side stories atau cerita di balik layar #mendadakrinjani di postingan sebelumnya . Jadi, gue bakal ngulik hal-hal yang nggak seindah yang terlihat dalam pendakian Gunung Rinjani. Razia di bandara | dok. pribadi Perasaan gue campur aduk, excited tapi sekaligus juga deg-degan. Padahal gue udah duduk di ruang tunggu Bandara Internasional Minangkabau (BIM) di Padang, menantikan penerbangan menuju Lombok bersama kawan-kawan. Kami bermaksud untuk mendaki Gunung Rinjani, dalam kesepakatan dan berkeputusan yang serba dadakan. Banyak yang bilang kalau bikin acara dadakan kemungkinan realisasinya lebih besar dibandingkan acara yang direncanakan jauh-jauh hari. Gue pun lebih sering melakukan perjalanan yang nggak terlalu terikat perencanaan atau persiapan matang. Tapi kan ini naik gunung. Butuh persiapan lebih –setidaknya bagi gue pribadi. Mulai dari nyiapin peralatan,

Hutan Kota Tulungagung

"Hutan kota adalah hutan atau sekelompok pohon yang tumbuh di dalam kota atau pinggiran kota. Dalam arti yang lebih luas bisa berupa banyak jenis tanaman keras atau pohon yang tumbuh di sekeliling pemukiman. Hutan kota bisa merupakan hutan yang disisakan pada perkembangan kota atau sekelompok tanaman yang sengaja dibuat untuk memperbaiki lingkungan kota." - Wikipedia

jalan jalan pertama: Suwarnadwipa

Nggak berasa, udah 7 bulan aja gue tinggal di Padang. Rasanya, udah kayak rumah sendiri, meskipun gue sadar –dan kadang masih suka mengeluh, atas keterbatasan yang ada di sini. Beberapa temen yang gue ceritain tentang kehidupan gue di Padang rata-rata ekspresinya sama,”Serius? Masa nggak ada? Kan padahal ibu kota provinsi ya?”. Padang memang belum semaju Medan atau Palembang sebagai ibukota provinsi. Gue pribadi sih kadang kesusahan nyari item tertentu yang dulu sewaktu di Jakarta gue tinggal ke minimarket atau ke mal yang kayak-kayak semuanya ada. Kalau nggak gitu, buat ngedapetin barang A gue harus ke toko X, buat dapetin barang B gue harus ke toko Y, jadi kayak nyebar ke mana-mana gitu, belum nemu satu tempat yang bener-bener serba ada dengan ragam barangnya yang lengkap. Tapi ini bagus sih sebenernya, jadi kan guenya nggak main ke mal mulu hehe Malah bikin gue jadi banyak bersosialisasi karena harus nanya orang lokal dulu kalau mau ini itu. Secara minim info yang bisa