Langsung ke konten utama

Oktober Fantastis (serial) - eps 7 - Casino De Genting



25 Oktober 2012

Jadi, ke mana kita hari ini?

Antrian cukup panjang mengular di depan loket pembelian tiket perjalanan menuju Genting Highlands. Yup! Kami akan pergi ke suatu tempat yang dapat diibaratkan sebagai ‘Bogor’-nya Malaysia. Jarak tempuh sekitar satu jam perjalanan dari pusat kota Kuala Lumpur menggunakan bus angkutan khusus dan kemudian bersambung dengan gondola untuk mencapai puncaknya (tiket bus sudah termasuk untuk naik gondola). Sekitar pukul sebelas siang bus warna merah anggur bertuliskan Go Genting itu diberangkatkan dari terminal Pudu Raya.

Emang di sana ada apa sih?

Genting Highlands masih satu keluarga dalam jaringan Resort World sebagaimana Resort World Sentosa Island Singapura. Kalau di Singapura lokasi resortnya ada di pulau Sentosa dengan daya tarik pantai-pantainya, di Malaysia di dataran tinggi Genting dengan hutan hujan tropisnya. Kalau di Singapura ada Universal Studio, di Malaysia ada Genting Theme Park. Keduanya sama-sama memiliki hotel berbintang-bintang dan juga tempat keren buat main pocker atau biasa disebut Casino! –udah aku kepo ternyata pemiliknya bukan Kasino anggota Warkop DKI #krik

Biarpun demikian, tujuan utama kami mengunjungi Genting Highland adalah kami ingin ngerasain naik gondolanya aja. Ciyus. Kami nggak bohong. Terlalu naif dan konyol memang.

“Coba Indonesia hutannya dipelihara baik-baik ya, pasti bakal lebih bagus daripada hutan di bawah kita ini”. Coba aja di sebelahku ada Menteri Kehutanan Indonesia, celotehku ini pasti bisa didengarnya sebagai kritik yang membangun. Sayang, sebelahku si Fahmi yang kebanyakan diam dan lebih fokus mengambil gambar dengan kameranya.

Gondola kami bergerak menggantung di sepanjang kabel lintasan yang tersambung dari satu tiang penyangga ke tiang penyangga lain yang semakin tinggi melandai menembus hutan hujan tropis nan hijau. Gema kicau burung membahana di sepanjang perjalanan. Kabut putih tipis yang bergelanyut menyelimuti luas vegetasi di sekitar kami menambah kesan teduh yang menyejukkan dengan sedikit sisi magisnya. Bisa kurasa bulir embun yang terbawa angin masuk melalui celah ventilasi gondola kami. Rasanya luaaaarrrr biasa! Ibaratnya nih kita lagi naik bianglala di atas Dago Pakar Bandung #lah

***

Terminal atas gondola Genting terintegrasi langsung dengan bangunan utama yang terdiri dari beberapa hotel dengan beragam fasilitas hiburannya. Kalau biasanya kami berpegang pada prinsip ‘ikuti orang banyak’, maka prinsip itu rupanya tidak cukup berjalan baik untuk diaplikasikan di sini. Begitu turun dari gondola tadi kami mengekor aja di kerumunan orang yang berjalan dari pintu keluar. Aku mulai kehilangan konsentrasi karena di kanan kiriku berjajar outlet dan resto yang aku yakin produk-produknya nggak bakal kebeli sama ringgit yang kami punya. Jiper! Tempat ini membuatku keki. Semakin masuk ke sisi dalam bangunan, semakin mewah produk atau jasa yang ditawarkan. Sepertinya salah banget udah nekad mengunjungi tempat ini.

“Eh, ke mana perginya orang-orang tadi?”, aku baru tahu kalau kami terpisah dari ‘rombongan’ saat pandanganku kembali tertuju ke depan. Fahmi menoleh ke arahku dan menyadari hal yang sama.

“Di mana kita?”
 
“Dora mana Dora? Kami butuh petaaa!”

Kita terus berjalan menyusuri koridor dengan karpet lembutnya seperti terjebak di dalam ‘labirin kemewahan’ yang tak berujung. Sampai satu waktu kamu menemukan Dora map directory. Rumit! Bangunan ini begitu besarnya dan bertingkat-tingkat. Sebenarnya kami berniat ‘mengintip’ Genting Theme Park-nya. Tapi kalau mempelajari peta tersebut, rupanya kami sudah salah ambil jalan sejak keluar dari terminal gondola tadi.

“Hey, lihat! Bagaimana kalau kita coba ke sini?”

Sebuah nama yang tercantum dalam denah bangunan itu menarik perhatian kami.

CASINO DE GENTING – HOLLYWOOD

Kalau biasanya kita cuma nonton orang main judi di casino dalam film-film Hollywood, siapa yang nggak kepo coba kalau di depan mata kami terpampang nyata tempat bang Haji Rhoma Irama biasa konser mengkampanyekan anti judi dan mirasantika itu #ngawur

Dengan mengikuti papan-papan penunjuk arah, kami pun telah sampai di depan pintu masuk casino tersebut. Kami berhenti sebentar di sana. Terdengar keriuhan yang menguar dari dalam. Kalau dilihat dari luar, tempat ini tak ubahnya Timezone. Hanya saja ornamen yang digunakan berupa gambar roda keberuntungan, dadu, kartu remi, dan aku kecewa nggak ada gambar halma atau ular tangga di sana.

Kami nekad masuk.

“Mau apa anak-anak ini?” gumam seorang polisi kepada dua teman di sebelahnya saat mengetahui kami hendak masuk ke dalam.

DEG. Langkah kami terhenti seketika.

“Maaf, kalau kalian hendak masuk ke dalam silahkan taruh kamera Anda di loker penitipan di dekat pintu masuk itu”, salah seorang dari mereka menghampiri kami kemudian. Kami kikuk, diam terpaku menunduk ke arah kamera yang tergantung di leher dan hanya mengangguk takut-takut lalu beringsut keluar dan kabur secepatnya! Tempat ini memang tidak cocok untuk kita.

***

Tahu-tahu kami sudah berada di luar gedung itu. Semilir angin gunung yang menghembuskan kesejukan menuntun kami untuk berjalan ke arah taman. Di sana terdapat meja kursi yang tertata rapi dengan beberapa pengunjung yang duduk berbincang sambil menyesap kopi. Ada sebuah kedai kecil di sana. Kami memilih duduk di bangku taman saja, biar lebih menyatu dengan alam.

Aku bisa dengan jelas melihat butiran-butiran uap air yang terbawa angin. Entah tempat ini berada pada ketinggian berapa meter di atas permukaan laut. Tapi aku tak merasakan dingin yang terlalu. Ku tarik napas dalam-dalam dan kurasakan kesegaran merasuk dalam paru-paruku.

“Nggak akan pernah sia-sia kita ke sini. Setidaknya pengalaman gondola dan kesejukan ini”.

*** 

Komentar

  1. ngga ada yang sia-sia dalam hidup, pasti ada aja ya makna dan pengalaman dari sebuah perjalanan. next time klo kesini lagi coba mengadu nasib kali aja menang banyak #eeeh

    BalasHapus
    Balasan
    1. halo, mas Shu...
      hahahaha maen monopoli aja masih kalah mas, masa mau amen casino :(

      terima kasih sudah mampir... ciyeee yang dari Krabi... :3

      Hapus
  2. Hi! Ada info untuk yang suka jalan-jalan, terutama jalan-jalan gratis................

    Jangan sampai kehilangan kesempatan untuk ikutan ekspedisi Kalimantan bersama New Daihatsu Terios #Terios7Wonders. Dimulai dari Palangkaraya, Kruing, Pulau Kaget & Kandangan, Amuntai & Balikpapan, Samarinda, Tn. Kutai dan berakhir dengan melihat cantiknya pulau Surga, Maratua.

    Ayo, ikutan lomba blog "Borneo Wild Adventure" dan bawa pulang Grand Prize Mac Book Pro. Lihat infonya di sini, ya. http://bit.ly/terios7wonders2015

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gara-Gara (Larangan) Tripod (Masuk Kabin Pesawat)

Namanya juga impulsif dan spontan, pasti ada aja ‘kejutan-kejutan’ sepanjang perjalanan. Anggaplah ini sebagai side stories atau cerita di balik layar #mendadakrinjani di postingan sebelumnya . Jadi, gue bakal ngulik hal-hal yang nggak seindah yang terlihat dalam pendakian Gunung Rinjani. Razia di bandara | dok. pribadi Perasaan gue campur aduk, excited tapi sekaligus juga deg-degan. Padahal gue udah duduk di ruang tunggu Bandara Internasional Minangkabau (BIM) di Padang, menantikan penerbangan menuju Lombok bersama kawan-kawan. Kami bermaksud untuk mendaki Gunung Rinjani, dalam kesepakatan dan berkeputusan yang serba dadakan. Banyak yang bilang kalau bikin acara dadakan kemungkinan realisasinya lebih besar dibandingkan acara yang direncanakan jauh-jauh hari. Gue pun lebih sering melakukan perjalanan yang nggak terlalu terikat perencanaan atau persiapan matang. Tapi kan ini naik gunung. Butuh persiapan lebih –setidaknya bagi gue pribadi. Mulai dari nyiapin peralatan,

Hutan Kota Tulungagung

"Hutan kota adalah hutan atau sekelompok pohon yang tumbuh di dalam kota atau pinggiran kota. Dalam arti yang lebih luas bisa berupa banyak jenis tanaman keras atau pohon yang tumbuh di sekeliling pemukiman. Hutan kota bisa merupakan hutan yang disisakan pada perkembangan kota atau sekelompok tanaman yang sengaja dibuat untuk memperbaiki lingkungan kota." - Wikipedia

Seperti Bintang: Ada, Meski Tak (Selalu) Terlihat

“ Aku menikah tahun depan. ” Bagaimana perasaanmu mendengar kalimat itu terlontar dari mulut sahabatmu? Aku tersenyum dan membelalakkan mata. Bagiku, ini adalah salah satu berita yang menggembirakan. Meski sebenarnya bukan hal yang mengejutkan karena aku pun telah lama menantikannya. Dalam hati ingin ku teriakkan ‘AKHIRNYAAA’, tapi aku tahu suaranya bergetar saat mengungkapkan hal itu. Ku tahan euforia di dada, ku pasang telinga bersiap untuk mendengarkan apa yang mungkin menjadi kegusarannya. “Aku mau puas-puasin jalan-jalan dulu. Mungkin ini tahun terakhirku”, katanya melanjutkan. Raut mukanya menunjukkan kekhawatiran seolah menikah menjadi akhir karirnya jalan-jalan. # Perkenalkan, Sadam Febriansyah, sahabatku. Kami saling mengenal sejak taman kanak-kanak dan tinggal di satu lingkungan yang sama. Pertemanan kami semakin dekat ketika kami masuk ke sekolah dasar. Satu sama lain cukup kompetitif memperebutkan juara kelas, tetapi aku yang menang kami bersain