Langsung ke konten utama

Visit Tulungagung! (preview)

sumber: wikipedia
Saya ingin memperkenalkan kota kelahiran saya, Tulungagung. Sebuah kota kecil yang berada 154 km barat daya Surabaya, yang dapat ditempuh sekitar empat jam perjalanan dari dari Ibukota Jawa Timur tersebut.  Di sebelah utara, berbatasan dengan Kota Tahu, Kediri, serta diapit oleh kota Trenggalek di sisi barat dan kota Blitar di sisi timur. Sementara di selatan, langsung menghadap Samudera Hindia.
 
Tulungagung memiliki daya tarik wisata yang tak kalah indahnya dengan kota-kota pariwisata yang ada di Indonesia. Dengan mengusung tema Ingandaya (akronim dari Industri Pangan dan Budaya), beragam industri rumahan tumbuh berkembang dengan baik dari sentra industri konveksi/pakaian, sepatu, hingga aneka kerajinan peralatan rumah tangga, yang mendapat dukungan memadai dari pemerintah daerahnya. Bagi Anda yang hobi berbelanja, kunjungilah sentra kerajinan Batik Barong Gung, batik cantik asli Tulungagung.



Pengrajin Batik Barong Gung | sumber: antarafoto.com

sumber: Tulungagung Info
Tulungagung Fashion Festival | sumber: tulungagung.go.id

sumber: tulungagung.go.id

sumber: tulungagung.go.id

Keadaan geografis Tulungagung di bagian selatan yang berjajar pegunungan kapur, menjadikan Tulungagung dikenal sebagai kota Marmer. Panorama gunung terbelah di penambangan batu marmer yang kemudian diolah menjadi berbagai kerajinan menarik untuk memenuhi pasar domestik dan kegiatan ekspor dalam kancah perdagangan internasional, bisa menjadi alternatif tujuan wisata selain tentunya dapat tawar menawar membeli kerajinan marmer/onyx langsung dari produsennya.

Kerajinan Batu Marmer & Onyx | sumber: Tulungagung Info

Untuk wisata kuliner, Tulungagung menawarkan makanan khas dengan cita rasanya yang unik. Kue Geti –enting-enting wijen dan kacang tanah serta Jenang Grendul –semacam bubur sumsum hanya saja adonan bubur yang diaduk-aduk saat pembuatannya mengendap menjadi gumpalan-gumpalan kecil yang menyatu dengan tekstur halus dan kenyal, merupakan beberapa jajanan khasnya. Sedangkan untuk makanan beratnya ada Sompil –irisan lontong dengan siraman sayur lodeh dan taburan bubuk kedelai, Punten (lontong pecel), Nasi Patik juga Lodho Ayam yang diramu dengan resep rahasia, dapat memanjakan lidah Anda.


Kue Geti | sumber: Google - berbagai sumber

Sompil | sumber: Google - berbagai sumber

Punten | sumber: Google - berbagai sumber

Ayam Lodho | sumber: Google - berbagai sumber

Kesenian daerahnya sendiri dapat dinikmati melalui pertunjukan Reyog Kendang –semacam kuda lumping dengan iringan penari kendang, yang telah terdaftar sebagai hak kekayaan intelektual masyarakat Tulungagung.


Objek wisata Tulungagung yang paling terkenal adalah Bendungan Wonorejo (12 km dari pusat kota Tulungagung), yang termasuk dalam salah satu bendungan buatan terbesar di Asia Tenggara. Selain menikmati pemandangan pegunungan dan berkeliling dengan boat di tengah hamparan air yang mencapai 122 juta meter kubik, tersedia juga akomodasi dengan pelayanan yang tak kalah dengan hotel berbintang, Swa-Loh Resort. Ada lagi Pantai Popoh yang menawarkan pesona bebatuan karang eksotis dengan deburan ombak laut bebas Samudera Hindia. Terdapat juga Bendungan Niyama, yang merupakan saluran air yang dibangun oleh Jepang dengan ‘menjebol’ gunung untuk membebaskan Tulungagung dari banjir yang berkepanjangan. Temukan juga keindahan tersembunyi Pantai Coro yang menantang Anda untuk sedikit trekking dari lokasi Seribu Arca Pantai Popoh. Masih terdapat beberapa pantai dengan cerita dan keistimewaannya, seperti Pantai Brumbun dan Teluk Sine.

Bendungan Wonorejo | sumber: Google - berbagai sumber

foto: koleksi pribadi

sumber: Google - berbagai sumber


foto: koleksi pribadi

Swaloh Resort | sumber: Google - berbagai sumber
Pantai Popoh | sumber: Google - berbagai sumber

Karang di laut bebas Teluk Popok | sumber: Google - berbagai sumber
Pantai Coro | foto: koleksi pribadi
Pantai Brumbun | sumber: Google - berbagai sumber

Pantai (teluk) Sine | sumber: Google - berbagai sumber

Di kota tempat ditemukannya fosil manusia purba Homo Wajakensis ini, Anda dapat juga berwisata sejarah dengan mengunjungi candi/situs dan artefak dari sisa-sisa jaman kejayaan Kerajaan Majapahit dan Kediri, salah satunya candi Gayatri yang dibangun pada masa pemerintahan Hayam Wuruk sebagai bentuk penghormatan dan makam Gayatri, istri keempat Raden Wijaya.

Kompleks Situs Candi Gayatri | sumber: Google - berbagai sumber
 

Arca Gayatri | sumber: Google - berbagai sumber

Candi Pesanggrahan | sumber: Google - berbagai sumber
Candi Dadi di puncak gunung memiliki mitos serupa dengan Rara Jonggrang | sumber: Google - berbagai sumber

Mampirlah ke kota Tulungagung, kota Guyub Rukun yang menawarkan pesona berbeda bagian dari kekayaan Nusantara.

"Tulungagung kota ingandaya, guyub rukun mbangun bangsa"

Komentar

  1. Huwaaa...kangen kampung halamanku tercinta

    BalasHapus
    Balasan
    1. me too... kita kan tetanggaan -,- hihihihi

      ayo om, ajakin temen-temen maen ke Tulungagung, they have to know what our hometown has :)

      Hapus
  2. kakek nenek rumahnya jg tulungagung,,,
    heeep pengen ke pantai yang di atas...baguuusss sama nasi patik itu apa?

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah, Tulungagung sebelah mana?
      Pantai yang di atas? Pantai Popoh? ayo~
      Nasi Patik itu semacam nasi lemak malaysia gitu hihi

      Hapus
    2. di desanya tp, d ngunut
      yang pantai coro,brumbum sama sine it ko ga prnah dnger tp bgus

      Hapus
    3. oh Ngunut... ibaratnya itu second capital city-nya Tulungagung hihi di sebelah timur kecamatan Sumbergempol.

      Pantai Coro memang belum menjadi Pantai WIsata yang resmi, dia masih alami dan letaknya yg tersembunyi. kalau ingin ke situ bisa lewat Reco Sewu, tapi medannya lumayan juga, naik turun gunung dengan ladang di sekitarnya sekitar kurang lebih 15-30 menit lah. Pasirnya yang putih dan suasana alami dengan hutan sekelilingnya menjadi daya tarik tersendiri :)

      Hapus
    4. ayo main2 pngen ke sana? kyak yg d ftv2 itu hahaha *korban ftv
      jadi tour guide dong...pantes deh ya jadi duta wisata...

      Hapus
    5. he? maen ke mana?
      ke Pantai Coro? boleh aja sih... tapi siap nggak 'trekking' jalan kaki naik turun gunungnya? hehe

      Hapus
  3. trekking mah cap cuss aja hho...rame2 gt,dian tau ga ya tmpt2 ini
    eh ada blog lg ... tumblr enak bwt mainan

    BalasHapus
  4. hm, entah dia udah pernah maen ke situ apa belum. kayanya sih dia belum.
    oh tumblr. itu lebih ke microblogging. udah agak lama juga si itu, kamu ada? aku ada tumblr juga kok, tapi lebih sering buat posting foto hehe :)

    BalasHapus
  5. oh brarti ak yg out off date ya hahaha brau tau blog itu bru bkin kemaren...asik tp kyknya bwt mainan :p

    BalasHapus
  6. tambahan mas,, ada pantai dlodo, tepatnya di daerah pertambangan pasir hitam kec pucanglaban,, keren banget tempatnya.,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah! nice info gan

      kapan waktu kalau ada kesempatan boleh deh dicoba maen ke sana :D

      Hapus
  7. Tulungagung memang INDAH... :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyaaaaa, coba deh cek video di pojok atas.
      Tulungagung memiliki alam yang indah bukan? hehe

      terima kasih sudah mampir... :)

      Hapus
  8. sory mas.. q banyak mampir d postingan saman.. ada yang kurang tu.. jajanannya masih banyak lahi lho.. salah satunya oleh2 yang khhaasss.. jenang licin tulungagung (JELITA) pusatnya di daerah sembung.. ngomogn2 tu tempat wisatanya kurang banyak.
    weh.. jadi ingin nantang saman ni wisata ke kampung halaman.. hayo !!!

    BalasHapus
  9. Ada beberapa pantai yang ada di wilayah kabupaten Tulungagung dan belum disebut. Seperti pantai Molang, Sanggar, Dlodo, Nggerangan, Sidem,dll.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, benar... masih banyak pantai indah di Tulungagung. Salah satu keuntungan dari letak strategis kota Tulungagung yang berbatas langsung dengan samudera hindia di sebelah selatan.

      terima kasih sudah mampir :)

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gara-Gara (Larangan) Tripod (Masuk Kabin Pesawat)

Namanya juga impulsif dan spontan, pasti ada aja ‘kejutan-kejutan’ sepanjang perjalanan. Anggaplah ini sebagai side stories atau cerita di balik layar #mendadakrinjani di postingan sebelumnya . Jadi, gue bakal ngulik hal-hal yang nggak seindah yang terlihat dalam pendakian Gunung Rinjani. Razia di bandara | dok. pribadi Perasaan gue campur aduk, excited tapi sekaligus juga deg-degan. Padahal gue udah duduk di ruang tunggu Bandara Internasional Minangkabau (BIM) di Padang, menantikan penerbangan menuju Lombok bersama kawan-kawan. Kami bermaksud untuk mendaki Gunung Rinjani, dalam kesepakatan dan berkeputusan yang serba dadakan. Banyak yang bilang kalau bikin acara dadakan kemungkinan realisasinya lebih besar dibandingkan acara yang direncanakan jauh-jauh hari. Gue pun lebih sering melakukan perjalanan yang nggak terlalu terikat perencanaan atau persiapan matang. Tapi kan ini naik gunung. Butuh persiapan lebih –setidaknya bagi gue pribadi. Mulai dari nyiapin peralatan,

Hutan Kota Tulungagung

"Hutan kota adalah hutan atau sekelompok pohon yang tumbuh di dalam kota atau pinggiran kota. Dalam arti yang lebih luas bisa berupa banyak jenis tanaman keras atau pohon yang tumbuh di sekeliling pemukiman. Hutan kota bisa merupakan hutan yang disisakan pada perkembangan kota atau sekelompok tanaman yang sengaja dibuat untuk memperbaiki lingkungan kota." - Wikipedia

Seperti Bintang: Ada, Meski Tak (Selalu) Terlihat

“ Aku menikah tahun depan. ” Bagaimana perasaanmu mendengar kalimat itu terlontar dari mulut sahabatmu? Aku tersenyum dan membelalakkan mata. Bagiku, ini adalah salah satu berita yang menggembirakan. Meski sebenarnya bukan hal yang mengejutkan karena aku pun telah lama menantikannya. Dalam hati ingin ku teriakkan ‘AKHIRNYAAA’, tapi aku tahu suaranya bergetar saat mengungkapkan hal itu. Ku tahan euforia di dada, ku pasang telinga bersiap untuk mendengarkan apa yang mungkin menjadi kegusarannya. “Aku mau puas-puasin jalan-jalan dulu. Mungkin ini tahun terakhirku”, katanya melanjutkan. Raut mukanya menunjukkan kekhawatiran seolah menikah menjadi akhir karirnya jalan-jalan. # Perkenalkan, Sadam Febriansyah, sahabatku. Kami saling mengenal sejak taman kanak-kanak dan tinggal di satu lingkungan yang sama. Pertemanan kami semakin dekat ketika kami masuk ke sekolah dasar. Satu sama lain cukup kompetitif memperebutkan juara kelas, tetapi aku yang menang kami bersain