Langsung ke konten utama

One Day (literally a day) in Penang



"...saat ini kita berada pada ketinggian 38.000 meter di atas permukaan laut...", kapten pesawat memberikan informasi penerbangan melalui pengeras suara yang membahana di sepanjang lorong kabin.

Perjalanan ke Penang kali ini terasa berbeda. Para penumpang kebanyakan kakek-nenek, rombongan keluarga, dan (sepertinya) tenaga kerja Indonesia juga. Penang memang dikenal sebagai salah satu medical tourism destination. Jadi, tidak mengherankan bila kebanyakan orang di dalam pesawat ini melakukan perjalanan ke Penang untuk menjalani pengobatan atau sekadar medical check-up.

Kami tertarik berkunjung ke Penang sama sekali bukan karena motif medis. Belakangan popularitas Penang meningkat karena menurut beberapa sumber media informasi menyebutkan bahwa Penang merupakan surga kuliner Asia. Para pelancong yang jalan-jalan ke Penang juga demikian rajin mengunggah potrait makanan/minuman yang mereka jepret sesaat sebelum mereka menyantapnya -aktivitas yang menjadi tren dunia teknologi informasi akhir-akhir ini *drooling*

***

Begitu mendarat di Bayan Lepas International Airport, Penang-Malaysia, kami segera melangkahkan kaki keluar bandara untuk mengejar bus menuju Komtar, terminal bus utama Penang. Dari Bayan Lepas kita dapat menaiki bus Rapid Penang nomor 102 atau 401E yang datang silih berganti sekitar satu jam sekali.

"Kalau kalian naik bus Rapid Penang siapkan uang pas ya. Karena sistemnya kita memasukkan uang ke dalam kotak dekat sopir tanpa bisa meminta kembalian", Kak Ayu, salah satu traveler yang saya kenal sewaktu jalan-jalan ke Bangkok menginformasikan hal tersebut sebagaimana pengalamannya sewaktu mengunjungi Penang. Sistem yang demikian memaksa kami untuk membayar RM6 untuk berdua yang seharusnya RM2.7/orang sekali jalan karena uang pecahan terkecil yang kami miliki hanya 3 lembar nominal RM1 dan 1 lembar nominal RM5.

Perjalanan Bayan Lepas-Komtar memakan waktu sekitar 30-45 menit. Sebenarnya pulau Pinang ini sendiri tak seberapa luas, hanya saja rute perjalanan yang memutar menjadi jarak tempuh terasa lama. Tapi kami tetap menikmati perjalanan karena dengan begitu kami serasa berkeliling pulau yang tentunya menjadikan kami bisa melihat banyak hal di sepanjang perjalanan.

Jembatan Terpanjang di Asia Tenggara, menghubungkan Penang mainland dengan Pulau Pinang



***

Aku dan fahmi telah berdiri di salah satu platform terminal bus Komtar menanti kedatangan bus yang akan membawa kami menuju Bukit Bendera. Sesekali kureguk air mineral dari botol ukuran sedang yang kami beli beberapa waktu tadi dari Happy Mart convenience store di salah satu sudut terminal. Daripada mati gaya menunggu aku pun mengedarkan pandangan ke sekitar. Komtar sendiri unik menurutku. Terletak di antara bangunan tinggi dan terintegrasi dengan pusat perbelanjaan, terminal bus ini tidak terlalu luas, tetapi memiliki peron-peron yang cukup mengakomodasi bus-bus yang datang dan pergi beberapa menit sekali. Sebuah layar besar berteknologi LED menampilkan jadwal kedatangan dan keberangkatan bus. Bus nomor 204 (yang akan membawa kami menuju Bukit Bendera) diinformasikan akan memasuki terminal dalam dua menit lagi. Secara spontan kami yang mengetahui hal tersebut refleks melihat jam dan mulai berhitung. I doubt the bus could make it! Ketika detik bergerak semakin mendekati menit ke dua, bus itu muncul dari balik gedung di seberang terminal dan TEPAT di menit kedua dia sudah berhenti di hadapan kami. WOW! *koprol*

Suasana Terminal Bus Komtar


Kali ini kami sudah mempunyai cukup uang pecahan kecil setelah membelanjakannya untuk membeli air mineral tadi. Kami masukkan empat lembar uang RM1 ke dalam kotak pembayaran di dekat sopir untuk membayarkan tiket bus menuju Bukit Bendera seharga RM2/orang sekali jalan.

***

Kembali kami serasa diajak berkeliling memutari pulau Pinang. Kami duduk menikmati pemandangan sekitar dari balik jendela. Kalau diperhatikan di Penang ini banyak sekali dibangun flat/rumah susun -gedung-gedung tinggi yang seragam berhias jemuran tergantung di hampir setiap balkonnya. Dari segi kependudukan memang bisa dikatakan Penang memiliki penduduk yang banyak dan beragam. Multi etnis! Mulai dari ras Melayu, India, hingga Chinese pun ada. Jadi, dari analisotoy (analisa ngasal dan penuh ke-sotoy-an) saya, flat-flat itu dibangun untuk mengakomodasi jumlah penduduk yang demikian banyaknya -kebanyakan dan hampir bisa dipastikan kalau yang tinggal di flat itu orang India.

Kenampakan kota dengan bangunan tuanya: tak heran Penang dinobatkan sebagai World Heritage City

salah satu penampakan flat di Penang


45 menit kemudian...

BUKIT BENDERA / PENANG HILL



#IMO this place is very worth to visit! We'll be amazed with the cable car climbing all the way up to the peak of the hill then we can enjoy the spectacular city view of Penang from there!




Penang Hill Cable Car Ticket (30RM/person Return)
Koridor menuju perhentian cable car, kanan-kiri dipenuhi ornamen tentang sejarah cable car

Here's the cable car! -loh kok miring?



#FYI (aja): mayoritas petugas cable car-nya orang India -infonya penting nggak sih? tapi dunia harus tahu.

Tips: Kalau naik cable car pilih tempat duduk paling depan atau paling belakang yah! Biar bisa menikmati pemandangan dari dalam laju kereta secara lebih leluasa.

Alat Pengendali Cable Car

Terowongan lintasan cable car

waaaa jalurnya bercabang dan bisa 'berpapasan' di kemiringan bukit! wusss

suasana di dalam cable car


Enjoy the city view from colorfull  binocular 1RM (2 koin 50 cent) sekali tayang (2-3 menit), sistem koin token. kalau nggak punya receh, bisa ditukar ke ibu penjaganya.





***
Sampailah kami di sebuah area luas. Di salah satu sisi area ini terdapat The Owl Museum. Meskipun judulnya museum burung hantu tapi ini salah satu fasilitas yang disediakan sebagai wahana wisata keluarga untuk anak-anak.





Alunan musik Bollywood menyeruak di tengah terik matahari. Kami merapat ke sebuah panggung yang tak begitu luas di sudut area itu. Ada banyak standing poster bergambar ular Phyton di sana. Sebuah kursi kayu ditempatkan di tengah panggung. Udah gitu aja #plak




Jadi ternyata panggung tadi itu merupakan arena pertunjukkan 'Berfoto bersama Phyton'. Siang itu salah satu pengunjung, anak laki-laki berusia antara 7-9 tahun (yang mungkin) pemberani dan agak gendut, memasrahkan diri untuk dikalungkan seekor ular Phyton berukuran besar bercorak kuning polkadot -ini ular apa baju? Dengan inosennya dia cengar-cengir membiarkan si Phyton gelendotan di bahunya. Pengunjung yang lain pun berkerumun di depan panggung. Aku masih belum paham, di mana sisi hiburannya? Aku lebih menikmati musik Indianya -tapi tetep aja ditonton :|



Chorry-Chorry... Cupke-Cupke... ♪

Di seberang panggung ada gerobak kedai dorong yang menjual kacang Putih -mungkin ini camilannya si Legenda Ular Putih(?) Penjualnya (lagi-lagi-lagi) orang India. Pembelinya? Yap, (lagi-lagi-lagi-lagi) orang India! Kenampakan kacang putih -padahal nggak ada putih-putihnya deh- mirip butiran jagung rebus yang obesitas(?) Soal rasa? Hm, kami beli yang original aja deh -aslinya mah nggak ngerti mau mix match rasa seperti pembeli yang lain :| Harganya 2 RM dapat sekantong plastik kecil, entah berapa ons itu beratnya (harganya variatif juga sih bergantung mau di-mix-match sama rasa apa).



Sambil cemal cemil kacang sekantong plastik berdua -hemat, beb! kami kembali menelusuri kawasan Bukit Bendera. Kalau nggak mau capek bisa loh menyewa semacam mobil golf yang bisa mengangkut sampai 8 penumpang dewasa atau mobil Hopper berkapasitas 5 penumpang dewasa -kayaknya sih butuh merogoh kocek lebih dalam buat nyewanya, kita mah jalan kaki aja yah! :P

Ada apa di atas sana?

Kuil Hindu Murugan Temple. Nah, kan (lagi-lagi-lagi-lagi-lagi) Indians everywhere! Shah Rukh Khan mana Shah Rukh Khan? Kuil Hindu India selalu dihias ornamen figur Dewa-Dewa Mahabarata, Sapi dan teman-temannya dalam berbagai corak warna yang cerah (ceria) tetapi tetap memiliki daya sakral-magisnya sendiri. Beberapa pengunjung (orang India juga? iya, tapi ada beberapa non-India juga kok) mengkhusyukkan diri dalam doa di depan altar.


 

Di pojok kiri belakang bangunan tersebut terdapat patung pemujaan yang juga digunakan untuk berdoa. Seorang bapak-bapak India paruh baya melepaskan sandal, naik ke lantai altar dan kemudian berkomat-kamit membaca doa di sana.

Selain kuil hindu tersebut di atas sana juga terdapat playground area, kios souvenir, masjid, dan restricted building yang tampak seperti benteng disebut guard house.




---

Kek Loh Si menjadi destinasi kami berikutnya. Apa yang menarik di sini? Big Kwan Yin statue on the top of the hill!

Begitu keluar dari areal Bukit Bendera kita sudah dapat melihat patung Dewi Welas Asih itu menjulang pada sisi bukit 'di sebelah' Bukit Bendera. Iya, jadi ceritanya kedua tempat tersebut bertetangga. Hanya saja tetangga jauh :|



Karena lama (sekali) menunggu bus Rapid Penang yang tak kunjung datang, sementara hari semakin siang kami berusaha mencari jalan alternatif menuju Kek Loh Si. Randomly we walk into the road among the houses which is (in my opinion) leading us to Kwan Yin figure. Okay, this way was not leading us to anywhere, because...it's just a dead end! Kami pun melangkah gontai kembali ke pemberhentian bus di depan area Bukit Bendera.

Beberapa saat kemudian busnya datang dan kami segera berlarian menghampirinya. Kami mengambil tempat duduk di sebelah pak sopir yang sedang mengendarai kuda supaya baik jalannya, tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk ♪



Kami pun mengutarakan maksud tujuan kami menuju Kek Loh Si. Lalu kami menanyakan bagaimana cara kami mencapai George Town dari Kek Loh Si -now you know where we're heading to. Dengan gaya bicaranya yang tegas dia menjelaskan bahwa there is no public transportasion passing Kek Loh Si directly. So, we were just dropped off in Air Itam intersection then we had to walk along the road going into the market and start counting the starways. Yap, kita bakal jalan mendaki ratusan anak tangga di tengah deretan kios-kios penjaja souvenir di sisi kiri-kanan anak tangga (berapa lapis? ratusan! berapa lapis? ratusan! berapa lapis? eh ini bukan iklan ya... #abaikan)






Anak tangga demi anak tangga terlewati, bulir-bulir keringat membasahi tubuh ini #tsaaah

Kuatkan hatimu, karena dibutuhkan lapisan tekat yang lebih kuat dari baja untuk membiasakan kaki mendaki anak tangga lebih jauh dari biasanya, menahan godaan mata yang akan melihat (beragam souvenir menarik yang dijajakan) lebih lama dari biasanya, leher yang akan sering menggeleng menolak rayuan penjualnya, dan mulut yang akan terus berkata 'No, thank you' -ini mau ke mana sih? #berasa5cm

Hosh hosh hosh, pfiuh!!!

Memasuki kawasan kuil, (ternyata) kami juga masih harus mendaki anak tangga. Hmpffttt 



Kwan Yin is still so far a way on the top! Berikutnya kami mengikuti petunjuk arah menuju 'stasiun' cable car yang akan mengantarkan kita ke puncak bukit di mana Kwan Yin berdiri anggun menanti kami :')

Cable car tersebut merupakan cable car jadul yang tersisa. Sebelumnya cable car Bukit Bendera juga semacam cable car ini, hanya belakangan sudah diganti dengan cable car canggih futuristik! Maka dari itu, dibelain deh maen ke Kek Loh Si demi bisa ngerasain naik cable car jadul diiringi bunyi berderit-derit. Harganya pun juga lebih murah, 4RM/person return. Kapasitasnya daya angkutnya juga terbatas, sekali jalan sekitar 8-10 orang.




Here we are! Kwan Yin Statue on the top of Kek Loh Si temple hill :D

***

Memasuki senja, kami masih berada di kawasan George Town -sekitar satu jam dari bandara Bayan Lepas, Penang. Kami harus mengejar penerbangan Penang-Jakarta Pukul 19.30. Praktis kami hanya memiliki waktu sekitar 1,5 jam sebelum pesawat tinggal landas.

Tak ingin membuang waktu, begitu keluar dari lingkungan masjid Kapitan Keling, George Town kami memutuskan untuk berjalan kaki ke arah Terminal Komtar daripada hanya diam menunggu bus -belajar dari pengalaman sebelumnya yang menjebak kami dalam penantian panjang. huff...

Kami menapaki trotoar sepanjang jalan Kapitan Keling sambil sesekali menengok ke belakang menanti kemunculan bus yang menuju Komtar.

"Wuusss..." sebuah bus Rapid Penang melintas dari arah belakang melewati kami.

Karena sudah melewatkan satu bus, kami jadi semakin sering menengok ke belakang mewaspadai kemunculan bus yang lain agar tidak kecolongan lagi.
Alih-alih mendapat bus kami malah harus mengejar bus -iya, literally lari-lari di belakang bus yang melaju.
"Ah, itu busnya!" teriakku begitu mendapati sebuah bus Rapid nyelonong di sebelah kami. Spontan kami berlari berusaha mendekati. Tapi bus itu terus melaju tanpa ada tanda-tanda mau berhenti.

"Eh, busnya kok nggak berhenti sih?" kami mulai bertanya-tanya pada rumput yang dangdutan.

Ada yang salah nih. Kami mulai memperlampat laju derap langkah kami dan berpikir.

Ting! *bohlam nyala*

Jadi menurut anilisotoy kami, bus Rapid Penang hanya berhenti di tempat-tempat pemberhentian bus. Okay, kami lupa ini bukan tanah air tercinta di mana kita bisa naik turun dari angkutan umum di mana pun kita mau.

"Eh, itu ada persimpangan jalan, lampu merah! Busnya berhenti. Ayo samperin!" teriak Fahmi kemudian.

Hosh..hosh..hosh... Kami berlari dalam sisa-sisa penggalan napas.


100 meter lagi dapat menjangkau bus di depan kami.
75 meter lagi...
50 meter lagi...
Dan satu detik kemudian...
Lampu hijau menyala, bus kembali melaju meninggalkan kami tepat ketika kami berhasil mencapai persimpangan jalan itu. :'((

But we found hope in the hopeless place. Ketika kendaraan-kendaraan 'bubar' beranjak dari persimpangan, kami melihat menara Komtar!



Yaweslah, nanggung juga naik bus. kami pun mempercepat langkah kaki berjalan menuju Komtar. Semoga nggak ketinggalan bus ke bandaranya. Hap-hap-hap!

 

Komentar

  1. Wah orang Bintaro bro? deket dong... sekali-kali boleh ikut dong backpacker nya.. hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. halo... boleh-boleh, dibayarin ya? #eh #ngarep hehe
      salam kenal :)

      Hapus
  2. wow banyak jemuran nngegantung...jadi kebayang kek rumah2 di itali (dalam film) hehhehe
    tulisan ini menjadi salah satu referensi saya saat nanti berangkat kesana

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah mau ke Penang? happy traveling then... tolong liputkan wisata kuliner yg belum sempat saya rasakan ya, hehe
      terima kasih sudah mampir :)

      Hapus
  3. bebeeeeek~ kapan2 ngegembel ke negri orang bareng dongg! envy bgt ngebaca blog lo! :D but still you are the top traveller of my heart *smooch*

    BalasHapus
    Balasan
    1. siaap, bek!
      gimana nggak top traveler, gue kan get lost di hati lo... #eh hehe
      thanks bek *hug*

      Hapus
  4. Andicka Rahmanindra6 Februari 2013 pukul 21.38

    Just read your post again kahep after soooo long time ago ! eh mau dong kahep kalo ada itinerary ke mana gitu, count me in :) Oh ya usul dong , kalo bisa disertain juga expense - expense selama travelling, buat pertimbangan budget. Muchas Gracias kahep !

    BalasHapus
    Balasan
    1. waaaa Dickaaaa, terima kasih sudah mampir (lagi) hehe
      hehe semenjak jalan-jalan absurd ke Penang ini jarang bikin itinerary detail (dan suka dadakan/spontan minim persiapan).
      kalau ada promo tiket murah (banget) boleh loh Dicka kabar-kabar atau sekalian bookingin hehe

      saran diterima, coba nanti di postingan selanjutnya diusahakan ada detail expensenya :)

      terima kasih Dickaaaa, ajak aku ke Nglanggeran dong!

      Hapus
  5. Ah Penang, semua teman saya sudah pernah ke Penang, diiming-imingi mulu. tapi klo ke KL saya sudah 6 kali hahaha :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. waaaaa ENAM kali? ngapain aja??? *curiga sindikat TKI* Oops ^^v

      iyanih, harus ke Penang lagi, seharian doang belum bisa explore secara baik dan benar. hehe
      mau barengan?

      terima kasih sudah mampir & komentar :)

      Hapus
  6. Saya belum pernah ke Penang, Baca ceritanya jadi penasaran :)

    BalasHapus
  7. Nice post! Padat info dan seru ceritanya, hihihi. Lumayan nih buat panduan kalo ntar jalan2 ke Penang. Salam kenal ya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih sudah menyempatkan mampir...
      semoga ada hal informatif yang tetap bisa diambil dari artikel ini,

      salam kenal :)

      Hapus
  8. waaaah...tujuannya sama waktu saya daytrip ke Penang
    dari Bangkok naik kereta ke butterworth nyampe siang, nunggu kereta selanjutnya jam 23 ke KL, nekat aja nyebrang ke Penang.
    Dari jetty naik bus yang sama ke bukit bendera, ternyata...gak jadi naik cable car, mahal! coba trik pura2 jadi malaysian pun gagal, diminta KTP malasiya...
    akhirnya jalan kaki ke Kek Loh Si Temple...udah tutup, terlalu sore saya datang, lumayanlah dapet foto senja di sana
    akhirnya balik ke jetty, makan di resto india deket jetty, lalu balik ke stasiun butterworth

    harus ke sana lagi!

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah, nampaknya cerita perjalanannya SERU tuh!
      lebih parah daripada kami. hehe
      ayo ke Penang lagi... explore wisata kulinernyaaaaa :D

      salam kenal,
      terima kasih sudah mampir

      Hapus
  9. ceritanya bisa buat info waktu ntar kesana nih, entah kapan hehe. salam kenal. #blogwalking

    BalasHapus
    Balasan
    1. aamiin, semoga sedikit coretan perjalanan saya ini bisa membantu ya...
      selamat jalan-jalan :D

      terima kasih sudah mampir

      Hapus
  10. penang salah satu kota yang pengen banget aku datangi di malaysia. kemaren sih udah pernah ke kuala lumpur, tapi mirip jakarta, ndak ada kejutannya :| sepertinya penang punya banyak kejutan yak!

    BalasHapus
    Balasan
    1. hm... karena saya belum explore Penang secara menyeluruh saya belum bisa memberikan opini untuk itu. suatu hari bila ada kesempatan ingin ke sana lagi :)

      tapi sama seperti Kuala Lumpur, atau Malaysia pada umumnya, multikultural juga menghiasi kehidupan masyarakat Penang, hanya saja menurut saya pribadi, Penang lebih 'ramah' hehe

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gara-Gara (Larangan) Tripod (Masuk Kabin Pesawat)

Namanya juga impulsif dan spontan, pasti ada aja ‘kejutan-kejutan’ sepanjang perjalanan. Anggaplah ini sebagai side stories atau cerita di balik layar #mendadakrinjani di postingan sebelumnya . Jadi, gue bakal ngulik hal-hal yang nggak seindah yang terlihat dalam pendakian Gunung Rinjani. Razia di bandara | dok. pribadi Perasaan gue campur aduk, excited tapi sekaligus juga deg-degan. Padahal gue udah duduk di ruang tunggu Bandara Internasional Minangkabau (BIM) di Padang, menantikan penerbangan menuju Lombok bersama kawan-kawan. Kami bermaksud untuk mendaki Gunung Rinjani, dalam kesepakatan dan berkeputusan yang serba dadakan. Banyak yang bilang kalau bikin acara dadakan kemungkinan realisasinya lebih besar dibandingkan acara yang direncanakan jauh-jauh hari. Gue pun lebih sering melakukan perjalanan yang nggak terlalu terikat perencanaan atau persiapan matang. Tapi kan ini naik gunung. Butuh persiapan lebih –setidaknya bagi gue pribadi. Mulai dari nyiapin peralatan,

Hutan Kota Tulungagung

"Hutan kota adalah hutan atau sekelompok pohon yang tumbuh di dalam kota atau pinggiran kota. Dalam arti yang lebih luas bisa berupa banyak jenis tanaman keras atau pohon yang tumbuh di sekeliling pemukiman. Hutan kota bisa merupakan hutan yang disisakan pada perkembangan kota atau sekelompok tanaman yang sengaja dibuat untuk memperbaiki lingkungan kota." - Wikipedia

Seperti Bintang: Ada, Meski Tak (Selalu) Terlihat

“ Aku menikah tahun depan. ” Bagaimana perasaanmu mendengar kalimat itu terlontar dari mulut sahabatmu? Aku tersenyum dan membelalakkan mata. Bagiku, ini adalah salah satu berita yang menggembirakan. Meski sebenarnya bukan hal yang mengejutkan karena aku pun telah lama menantikannya. Dalam hati ingin ku teriakkan ‘AKHIRNYAAA’, tapi aku tahu suaranya bergetar saat mengungkapkan hal itu. Ku tahan euforia di dada, ku pasang telinga bersiap untuk mendengarkan apa yang mungkin menjadi kegusarannya. “Aku mau puas-puasin jalan-jalan dulu. Mungkin ini tahun terakhirku”, katanya melanjutkan. Raut mukanya menunjukkan kekhawatiran seolah menikah menjadi akhir karirnya jalan-jalan. # Perkenalkan, Sadam Febriansyah, sahabatku. Kami saling mengenal sejak taman kanak-kanak dan tinggal di satu lingkungan yang sama. Pertemanan kami semakin dekat ketika kami masuk ke sekolah dasar. Satu sama lain cukup kompetitif memperebutkan juara kelas, tetapi aku yang menang kami bersain