Langsung ke konten utama

a whole new world - PADANG!



Hello! Kali ini gue mau share tentang bagaimana gue memulai hidup baru di Padang, Sumatera Barat, sebagai mahasiswa ala ala haha. Secara lagi musim penerimaan mahasiswa baru, yang pastinya bakal banyak putra putri daerah yang dateng ke kota Padang buat ngelanjutin kuliah. Ya gue juga pemain baru di sini, tapi setidaknya gue menang karena udah ngalamin lebih dulu hehe.

foto bersama di depan rektorat | dok. pribadi


Jadi, ceritanya kan gue awalnya domisili di Jakarta. Alhamdulillah dapat kesempatan buat lanjut studi di Universitas Andalas, salah satu perguruan tinggi negeri kenamaan di Bumi Minang ini. Seneng banget dong bakal punya rutinitas baru, tempat baru, dan pengalaman baru. It’s such a whole new world! Lebih-lebih kalo kita baru lulus SMA gitu kan yang apa-apa kita bisa asal ngikut temen, kalo udah kuliah gini kan kita harus bisa lebih mandiri, bertanggung jawab atas diri sendiri –ini catetan buat gue sendiri juga sih.

Okay, sebelumnya gue ikut ujian seleksi masuk langsung di Padang. It was my very first time to be here. Awalnya gue ragu, apa bisa gue bertahan hidup di sini? Nggak ada warteg, adanya warung padang which is masakan yang dijual ya makanan padang yang bersantan, pedas, dan minim sayuran. Actually i’m not so into Padang food :|

Tapi ada hal lain yang bikin gue jatuh cinta sama Padang.
Keluar bandara via by pass ke arah kampus Unand Limau Manis bakal disuguhi pemandangan deretan pegunungan Bukit Barisan dengan gumpalan-gumpalan awan yang menutupi sebagian puncaknya. Kalau hari sedang cerah –seringnya cerah sih, langit Padang luar biasa indahnya. Kalau udah gitu, apa aja yang difoto dengan latar langit jadi instagram-able.

Jembatan Siti Nurbaya, Padang | dok. pribadi


Kalau kampusnya sendiri, luas banget oi! -gue suka jogging di lingkungan kampus. Di atas bukit, jalanan nanjak, tapi hijau dan sejuk. Malah kita bisa lihat pemandangan kota Padang dari atas. Best view ada di helipad depan Rektorat tapi dari jendela depan kelas gue aja udah bagus menurut gue. Gedung-gedungnya didesain minimalis tanpa mengurangi ciri khas arsitektur Minang –but somehow karena kenampakan dan lokasinya di atas bukit, orang menyebutnya ‘markas power rangers’. Makanya, mahasiswanya dijuluki Unand rangers. Gitu.

Nah begitu ada pengumuman gue keterima di Unand, pasti yang pertama terlintas, ntar gue tinggal di mana? Jadilah nyari-nyari kosan dekat kampus –susah kalo nyari online, kudu langsung terjun ke lapangan door to door. Karakteristik kosan di sini itu, kosongan. Iya, literally kamar doang. Udah gitu, dari segi jumlah, kosan pria lebih sedikit dibanding kos wanita. Jadi, ya ada effort lebih gitu buat nyarinya. Apalagi kalo udah ke sana kemari tapi penuh melulu. Harga sewa rata-rata di rentang 600.000 – 1.000.000 rupiah per kamar per bulan. Masalahnya, sebagian besar sistem pembayaran sewanya enam bulanan atau tahunan. Nah lho, harus bayar kosan langsung sekian bulan masih ditambah harus mikir belanja furniture kamar yang masih kosongan. Ini yang harus diantisipasi.

Secara umum memilih kosan itu susah-susah gampang. Kenapa susahnya ditulis dua kali? Haha

Pertama, penampakan kosannya. Pilih yang senyaman mungkin. Nyaman nggak harus mahal ya.. Yang sederhana tapi mendukung kita buat belajar. Minimal tempatnya bersih dan lingkungan sekitar yang kondusif.

Kedua, lokasi. Lumrahnya makin dekat kampus makin mahal harga sewanya. Nah, karena letak geografis kampus yang di atas bukit, makin ke atas dekat kampus makin sepi. Jadi, mending agak ke bawah dikit, di mana masih ada warung makan, tukang laundry sama tukang fotocopy untuk memenuhi kebutuhan pokok kita.

siluet senja kosan gue | dok. pribadi

Ketiga, pilihan kamar. Inilah kenapa kita harus cek langsung ke lokasi. Biar kita bisa memilih kamar mana yang benar-benar cocok sama kita. Minimal jangan sampai dapat kamar yang susah sinyal. Sinyal adalah salah satu kebutuhan pokok di zaman internet sekarang ini. Syukur-syukur kosannya ada fasilitas wifi (jaringan fiber optic baru mau dipasang cuy), include listrik bulanan, kan enak nggak nambahin pikiran. Intinya pastikan dulu fasilitas apa aja yang bakal kita dapat. Harga sewa kamar di lantai atas kadang lebih murah dibanding harga sewa kamar di lantai bawah. Karena apa? Karena naik turun tangga bisa jadi merepotkan kita saat ada gempa –gempa masih sering terjadi di sini, tapi insyaAllah Tuhan selalu melindungi, aamiin. Oiya, cek airnya juga. Coba perhatikan bak mandinya. Mungkin kalau buka kran airnya terlihat jernih, tapi kalau bagian dalam bak mandinya menghitam bisa jadi airnya mengandung endapan.

ALERT: Pastikan kita mempunyai persepsi yang sama dengan pemilik kosan. Kalau menanyakan kamar kosong, bilangnya “ada satu kamar kosong?”. Karena kalau kita bilang “ada kamar untuk satu orang?”, bisa jadi kita digabung sama orang lain dalam satu kamar. Penekanannya di ‘satu kamar’ bukan ‘satu orang’. Atau biar gampang langsung bilang aja “saya maunya kamar sendiri” –kalau memang rencananya mau kos sendiri.

Keempat, coba nego pembayaran sewa. Kalau udah ngerasa cocok sama satu kamar, coba persuasi kepada pemilik kos mana tahu boleh dibayar tiga bulan dulu –syukur Alhamdulillah kalau bisa dibayar bulanan. Yekan selain bayar kosan kita masih harus mikir beli kasur sama lemari.
Kalau udah, sekarang mikir isi kamar. Beli perabot yang paling utama dan terpampang nyata mahalnya adalah kasur dan lemari. Salah satu toko perabot rumah tangga yang bisa gue rekomendasikan adalah Toko Anugerah Karpet, ‘belakang pasar’ Siteba – Padang. Harga bisa ditawar dan tentu jauh lebih murah dibanding beli di pusat perbelanjaan rumah tangga modern yang terkenal di Padang. Bisa delivery lagi. Asik kan?
(Disclaimer: ini bukan iklan, murni dari pengalaman tanpa maksud mendiskreditkan)

Tempat tinggal dan perabotannya udah lengkap, sekarang masalah mobilitas dan transportasi. Pergerakan akan menjadi lebih mudah bila kita punya sepeda motor (atau mobil kalau lo tajir) -kalo gue mah nebeng :( Karena dari gerbang kampus ke gedung perkuliahan jalanannya nanjak dan cukup jauh kalau ditempuh dengan berjalan kaki. Tapi tenang, ini masih bisa disiasati dengan fasilitas bus kampus yang bisa kita manfaatkan untuk pergi pulang kuliah. Kita bisa naik turun di titik titik pemberhentian dari mulai daerah Pasar Baru sampai seluruh lingkungan kampus. GRATIS! Tinggal tepok tangan kalau mau turun, nanti driver-nya bakal berhenti di halte terdekat. Tapi busnya syariah ya... Separo bangku depan khusus untuk yang perempuan, separo bangku belakangnya baru untuk laki-laki. Kalau lagi penuh yang laki-laki harus berdiri, mengalah.

angkot ijo (di belakang) | dok. pribadi

Kalau nggak telaten naik bus kampus, bisa naik angkot. Iya angkotnya masuk kampus. Biaya 2.000-3.000 rupiah per orang sekali jalan. Kita juga bisa naik angkot untuk pergi ke kota (warna hijau atau biru muda). Tarifnya jelas beda, 4.000-5.000 rupiah per orang sekali jalan. Yang perlu diingat, jam operasional angkot pada umumnya adalah dari pukul 05.30 – 18.00. Jadi, kalau bepergian naik angkot jangan sampai lewat maghrib ya. Nanti susah pulangnya. Hehe Tapi ada grab taxi kok, kalau mau praktis. Tapi sih biasanya ntar driver taxi nya bakal ngasih kartu nama berisi nomor ponselnya yang kalau sewaktu-waktu kita butuh taksi, tinggal telpon langsung aja. Pasti.

Perkara makan dan belanja bulanan. Bahas soal makanan dulu deh. Tadi kan udah nyari kosan yang deket warung makan ya? Nah, mungkin kalau kita sebagai pendatang dari luar Sumatera Barat perlu menyesuaikan perut kita. Apalagi yang nggak suka pedas. Makanan di warung-warung sekitar, default-nya itu pedas. Jadi apapun yang mau kita makan, kalau nggak suka pedas, bilang ‘nggak pedes’ ke uni atau udanya. Mending sih kita yang membiasakan. Awalnya gue nggak gitu suka makan pedas. Sempet kaget perut juga pas awal-awal tinggal di sini. Mules tiap hari. Nggak gue doang sih, temen-temen lain juga kok. Hehe Tapi toh akhirnya kan jadi biasa dan baik-baik saja.

Memang mungkin terbatas di pilihan menunya. Kalau pagi bisalah nyari makan di range harga 5.000-12.000 rupiah, yang umumnya menu sarapannya itu lontong sayur atau lontong pical tapi ada nasi uduk juga.

Makan siang di warung makan Ampera –wartegnya orang Minang, ini dewa penyelamat kita. Biasanya warung ampera itu mematok satu harga (misal 8.000 rupiah) untuk sekali makan dengan pilihan lauk bermacam. Misal:
Uni, makan sini satu”.
Apa samba nya?” (samba = bahasa minang lauk)
Ayam Kecap”. –lauknya macam-macam, dari telor dadar sampai ikan bakar.
Nanti akan datang di meja kita sebuah piring berisi setangkup nasi disiram kuah sambal merah-ijo, sesendok sambal goreng, dan beberapa helai sayur (ini default nya) ditambah lauk yang kita pesan tadi. Kalau nambah nasi atau lauk, tentulah ada charge tambahan.
Uni, tambuah ciek” –mbak, (nasinya) nambah satu.

RM Lamun Ombak Jl. Khatib Sulaiman | dok. pribadi
 
Makan malam bebas deh mau apa. Ayam Penyet, Pecel Lele, Nasi Goreng, Minas –singkatan Mie Nasi (nasi mawut kalau di Jawa), Cap Jay, Fuyunghai, sampai chicken katsu ala-ala juga ada. See, sedikit sekali ada menu bersayur kan? :( Makanya untuk memenuhi kebutuhan serat biasanya gue minumnya jus buah apa gitu. Rata-rata sekali makan-minum sih range-nya 15.000-20.000 rupiah. Gue kaget juga awalnya, harga-harga di mari ngalah-ngalahin Jakarta haha

Nah, belanja bulanan sekarang. Pertama, jangan cari Indomaret atau Alfamart apalagi Seven Eleven ya di Padang. Karena kebijakan pemerintah daerahnya yang ingin melindungi usaha perekonomian lokal, jadi di sini minimarketnya ya merek lokal. Tapi sih kalau gue pribadi belanja bulanannya di Supermarket sih #azek haha namanya Budiman. Jaringan supermarket lokal Sumatera Barat. Meskipun harus ke kota sih, tapi menurut gue lebih lengkap dan sedikit lebih murah dibanding supermarket lain.

warung jajan Panorama Danau Kembar, Alahan Panjang - Solok | dok. pribadi

Kalau yang hobinya nge-mal, di Padang ini ada 2 mal utama, Basko Grand Mal dan Plaza Andalas/Ramayana. Eh ada SPR Plaza juga sih. Tapi yang menurut gue cukup representatif dan nggak pernah sepi itu, Plaza Andalas. Basko lebih berkelas sebenarnya, tapi mungkin lokasinya yang agak jauh jadi malah lebih sepi, padahal ada Sport Station sama Food Mart. Kalau SPR Plaza karena tempatnya di tengah Pasar jadi ya gitu, kurang tenar :|

Kalau kamu hobi film, hm... adanya bioskop lokal yang klasik dan apa adanya. Raya Theater dan bioskop Karya. Lumayan lebih update film-film yang tayang di Raya, paling cepat terlambat seminggu dari jadwal premier-nya untuk film Indonesia dan terlambat dua minggu (dari Jakarta) untuk film Holywood-nya. Kalau acara komunitas atau film-film festival setau gue seringnya diputar di Karya. Denger-denger sih jaringan 21 mau buka layar di Plaza Andalas, tapi ya masih terdengar doang :( Jadilah anak gaul Padang kalau mau nonton perginya ke Pekanbaru which is 8 jam perjalanan darat dari Padang. Di sana ada jaringan 21, jadi sekalian berakhir pekan di sana buat maraton film –OMG

Kalau suka nongkrong, gaada habisnya dijabanin satu-satu. Wisata kuliner banyakan sih di daerah Pondok (chinatown-nya Padang), tapi seantero kota Padang juga banyak tempat nongkrong asik yang patut dicoba.

JOOKS juice bar | dok. pribadi

Kalau butuh refreshing, keindahan alam Sumatera Barat siap dijelajahi dari gunung, laut, danau, bahkan kepulauannya. Kalau kepo boleh kok mampir IG gue di @wijayarga nanti tinggal tap dua kali di foto-fotonya atau Alhamdulillah terima kasih banyak kalau bersedia follow, ntar gue update tiap gue jalan-jalan keliling Sumbar hehe (nah, yang ini baru iklan haha)

Pulau Pasumpahan | dok. pribadi
 
Segitu dulu ya sharing gue buat para mahasiswa baru kota Padang umumnya, Unand Rangers khususnya. Mohon maaf kalau ada hal yang kurang berkenan. Ini murni pengalaman gue loh ya. Semoga tetap bermanfaat dan kalau ada yang ingin ditanyakan boleh kontak gue lewat kolom komentar, email atau DM IG gue hehe, gue jawab sebisanya.


Salam,

(tambahan)
pas udah dipos, baru keinget ada salah satu hal mendasar yang belum dibahas: BUKU. Soal buku referensi kuliah, kita bisa cari cari di Perpustakaan kampus yang super gede, lima lantai, cuy! Cukup lengkap koleksinya (katanya sih, karena gue pribadi belum pernah ke sana haha yampun). Kalau mau beli buku, ada Gramedia -satu-satunya di Sumatera Barat. Pernah satu waktu ke Gramedia penuh sesak karena ada tur dari rombongan wisata sekolah-sekolah di daerah :| Untuk stok bukunya banyak, tapi terbatas. Gimana tuh? Iya, gue pernah kan cari buku-buku yang direferensiin dosen di kelas, yaudah gue ketik lah di mesin pencari di Gramedia dan... daftar buku-buku yang gue cari stoknya NOL semua huhu... Tapi kata mbaknya sih kita bisa request buat inden/order buku -nanti dikirim dari pusat, tapi cukup memakan waktu, setidaknya satu minggu. Alternatifnya ada Sari Anggrek. Nggak kalah lengkap hanya bukunya kebanyakan edisi lama -atau mungkin yang edisi barunya gampang out of stock saking larisnya. Kalo di Jakarta ada Kwitang, di sini juga ada bursa buku serupa. Namanya Pasar Burung. Salah satu bangunan di komplek perbelanjaan Pasar Raya Padang yang ditinggalkan, karena pedagangnya eksodus jualan di pinggir jalan. Kalo nggak salah sih karena mau dibangun gedung baru tapi terus proyek mandeg atau kesalahan konstruksi gitu. Hati-hati ya, agak serem... hehe just find out yourself later ;)

Komentar

  1. Waah, bahasannya lengkap. Tapi beli perabotannya kejauhan di siteba..:D *salam kenal, dari si kakak yang baru kuliah s2 di unand..:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo, salam kenal. terima kasih sudah mampir blog saya... iya, waktu itu saya ngikut abang sopir yang nganter-nganter kami cari perabotan, diajaknya ke Siteba ya sekalian jalan-jalan lah hehe

      Hapus
  2. Padang memang indah ya, duh jadi pengen main nih ke padang dan mencari tempat baru yang indahnya luar biasa.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gara-Gara (Larangan) Tripod (Masuk Kabin Pesawat)

Namanya juga impulsif dan spontan, pasti ada aja ‘kejutan-kejutan’ sepanjang perjalanan. Anggaplah ini sebagai side stories atau cerita di balik layar #mendadakrinjani di postingan sebelumnya . Jadi, gue bakal ngulik hal-hal yang nggak seindah yang terlihat dalam pendakian Gunung Rinjani. Razia di bandara | dok. pribadi Perasaan gue campur aduk, excited tapi sekaligus juga deg-degan. Padahal gue udah duduk di ruang tunggu Bandara Internasional Minangkabau (BIM) di Padang, menantikan penerbangan menuju Lombok bersama kawan-kawan. Kami bermaksud untuk mendaki Gunung Rinjani, dalam kesepakatan dan berkeputusan yang serba dadakan. Banyak yang bilang kalau bikin acara dadakan kemungkinan realisasinya lebih besar dibandingkan acara yang direncanakan jauh-jauh hari. Gue pun lebih sering melakukan perjalanan yang nggak terlalu terikat perencanaan atau persiapan matang. Tapi kan ini naik gunung. Butuh persiapan lebih –setidaknya bagi gue pribadi. Mulai dari nyiapin peralatan,

Hutan Kota Tulungagung

"Hutan kota adalah hutan atau sekelompok pohon yang tumbuh di dalam kota atau pinggiran kota. Dalam arti yang lebih luas bisa berupa banyak jenis tanaman keras atau pohon yang tumbuh di sekeliling pemukiman. Hutan kota bisa merupakan hutan yang disisakan pada perkembangan kota atau sekelompok tanaman yang sengaja dibuat untuk memperbaiki lingkungan kota." - Wikipedia

Seperti Bintang: Ada, Meski Tak (Selalu) Terlihat

“ Aku menikah tahun depan. ” Bagaimana perasaanmu mendengar kalimat itu terlontar dari mulut sahabatmu? Aku tersenyum dan membelalakkan mata. Bagiku, ini adalah salah satu berita yang menggembirakan. Meski sebenarnya bukan hal yang mengejutkan karena aku pun telah lama menantikannya. Dalam hati ingin ku teriakkan ‘AKHIRNYAAA’, tapi aku tahu suaranya bergetar saat mengungkapkan hal itu. Ku tahan euforia di dada, ku pasang telinga bersiap untuk mendengarkan apa yang mungkin menjadi kegusarannya. “Aku mau puas-puasin jalan-jalan dulu. Mungkin ini tahun terakhirku”, katanya melanjutkan. Raut mukanya menunjukkan kekhawatiran seolah menikah menjadi akhir karirnya jalan-jalan. # Perkenalkan, Sadam Febriansyah, sahabatku. Kami saling mengenal sejak taman kanak-kanak dan tinggal di satu lingkungan yang sama. Pertemanan kami semakin dekat ketika kami masuk ke sekolah dasar. Satu sama lain cukup kompetitif memperebutkan juara kelas, tetapi aku yang menang kami bersain