Langsung ke konten utama

#10thnAADC - Nostalgia 10 Tahun film Ada Apa Degan Cinta

10 Februari 2012


Masih ingat postingan saya mengenai nonton bareng film Ada Apa Dengan Cinta?  Beberapa hari belakangan hati gelisah jadi tak menentu karena pemberitaan mengenai peringatan satu dekade mengudaranya film Ada Apa Dengan Cinta untuk pertama kalinya di bulan Februari 2002.

Beberapa hari yang lalu Rein memberitahu saya, dan teman-teman lain yang memiliki kedekatan emosional dengan film yang dibintangi oleh Nicholas Saputra dan Dian Sastrowardoyo itu, bahwa akan ada pemutaran ulang film AADC dengan menyertakan sebuah link berita dari web portal salah satu bioskop terkenal.

"10 tahun film ADA APA DENGAN CINTA? Miles Films bekerjasama dengan 21Cineplex menayangkan ulang film AADC? tanggal 9 dan 10 Februari 2012 di Blok M Square 21. Berlaku HTM normal. Hanya 2 hari, jangan sampai ketinggalan!!"

Kami berenam (saya, Langun, Lundu, Bagir, Rein dan Dicky) pun berencana untuk turut memeriahkan euphoria nostalgia kisah persahabatan dibumbui roman percintaan nan cheesy ala anak SMA yang menjadi titik tolak kebangkitan perfilman Indonesia (yang bergenre drama khususnya) tersebut. Hanya saja karena kami tengah dalam minggu Ujian Akhir Semester dan sebab lain yang menjadikan kami tidak dapat merealisasikan acara mendatangi bioskop beramai-ramai untuk nonton bareng.

Pemberitaan media massa mengenai acara nostalgia ini sedikit banyak menggelitik antusiasme saya untuk menyatroni TKP dan merasakan sensasi kemegahan film itu. Bahkan sempat juga ingin mengajukan diri untuk mengambil kesempatan yang ditawarkan melalui jejaring Twitter untuk mengikuti gelaran pemutaran ulang film AADC di PPHUI tanggal 8 Februari yang memang secara resmi diadakan oleh pihak Miles Film dan konon kabarnya bakal menghadirkan aktor-aktris yang menjadi lakon dalam film tersebut. Tapi mengingat jadwal ujian yang tidak bisa dikesampingkan, maka saya mengurungkan niat itu.

Kemarin lalu, Bagir mengirimkan link kuis yang diadakan oleh sebuah media pertelevisian melaului akun Facebooknya berkaitan dengan penayangan ulang film AADC di layar lebar tersebut. Kuis yang mensyaratkan dukungan dari para facebookers, menantang saya untuk menggalang dukungan sebanyak-banyaknya hingga akhirnya saya berhasil menjadi salah satu pemenangnya setelah mengikuti 2 periode kuisnya. (anyway, terima kasih atas bantuan teman-teman yang mau meluangkan waktu untuk membagi ‘jempol’nya mendukung saya. maaf, merepotkan)

Hari ini merupakan jadwal ujian terkahir minggu ini sebelum berlanjut ke jadwal ujian minggu berikutnya. Dan dari info di awal tadi, berarti hari ini gelaran nostalgia AADC akan berakhir. Tak ingin melewatkan rasanya. Tapi, saya dan teman-teman gagal menyatukan suara untuk dapat bersama-sama merealisasikan rencana kami untuk nonton bareng di tempat gelaran tersebut. Sampai datanglah pesan singkat dari seorang teman, Indra, yang mengajak saya untuk menemaninya mengambil kamera sakunya yang tengah rawat inap di service center kawasan Senayan.

Man can make a plan A, plan B and so on, but the only one that will surely come true is God's plan.

Entah bagaimana, akhirnya saya bisa berada di sini.

Even i didn't know why i was so excited to watch this movie. Sedari permulaan film hingga akhir, dengan antusias saya menikmati adegan demi adegannya yang diselingi gelak tawa cekikikan dari para penonton. Acara menonton pun tak ubahnya menyaksikan memori masa lalu dan menertawakannya. Bukan, kami bukan menertawakan karya yang tengah disorot ke layar lebar di hadapan kami. Menurut saya, justru sebenarnya kami menertawai diri kami sendiri yang kala itu termasuk remaja yang berkiblat dari penggambaran pergaulan anak SMA dalam film tersebut. Betapa konyolnya masa remaja yang menurut bahasa anak gaul jaman sekarang disebut sebagai ABG labil/ababil. Penokohan tiap karakternya berhasil tersampaikan dengan epic. Tak heran bila film ini berhasil mencuri hati setiap orang yang menontonnya. Sepanjang film banyak yang sudah menahan tertawa lebih dulu saat adegannya akan sampai pada plot-plot yang boleh dibilang melekat di hati, bahkan detail dialognya pun kebanyakan penontonnya sudah hafal di luar kepala -entah karena memang sengaja menghafalkannya atau karena berulang kali dan begitu meresapinya menonton film ini. Memang, cuplikan dialog dalam film tersebut di kemudian hari menjadi populer di dalam masyarakat.  Tapi, sebenarnya agak heran juga sama sepasang kekasih yang duduk di sebelah bangku saya. Mereka  seperti keasyikan sendiri dan begitu menikmati alur hingga apa yang akan diucapkan tokoh di film serta apa yang akan terjadi mereka sebutkan, bahkan dengan intonasi yang nyaris sama. Kami pun memberikan tepuk tangan saat credit film-nya muncul. Rasanya puas! Tapi pasti jauh lebih menyenangkan seandainya bisa nonton ramai-ramai bareng teman-teman -walaupun mungkin jatuhnya malah jadi penonton yang berisik hehe. Sepertinya kesuksesan gelaran nostalgia AADC ini di luar ekspektasi. Terbukti dengan animo penonton terhadap acara nostalgia ini yang cukup besar,  sehingga akhirnya munyusul kemunculan berita terbaru berikut ini:


Nah, bagi teman-teman yang belum sempat ikut serta, ayo masih ada waktu untuk menyaksikan karya anak bangsa yang cukup berkualitas ini. Biarpun telah satu dekade film ini released tetap bisa menjadi sebuah tontonan yang menghibur dan membawa Anda bernostalgia dalam dinamika masa muda Anda yang begitu berwarna saat berada di bangku sekolah. Grab yout ticket, take your seat, and enjoy the movie :D

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gara-Gara (Larangan) Tripod (Masuk Kabin Pesawat)

Namanya juga impulsif dan spontan, pasti ada aja ‘kejutan-kejutan’ sepanjang perjalanan. Anggaplah ini sebagai side stories atau cerita di balik layar #mendadakrinjani di postingan sebelumnya . Jadi, gue bakal ngulik hal-hal yang nggak seindah yang terlihat dalam pendakian Gunung Rinjani. Razia di bandara | dok. pribadi Perasaan gue campur aduk, excited tapi sekaligus juga deg-degan. Padahal gue udah duduk di ruang tunggu Bandara Internasional Minangkabau (BIM) di Padang, menantikan penerbangan menuju Lombok bersama kawan-kawan. Kami bermaksud untuk mendaki Gunung Rinjani, dalam kesepakatan dan berkeputusan yang serba dadakan. Banyak yang bilang kalau bikin acara dadakan kemungkinan realisasinya lebih besar dibandingkan acara yang direncanakan jauh-jauh hari. Gue pun lebih sering melakukan perjalanan yang nggak terlalu terikat perencanaan atau persiapan matang. Tapi kan ini naik gunung. Butuh persiapan lebih –setidaknya bagi gue pribadi. Mulai dari nyiapin peralatan,

Hutan Kota Tulungagung

"Hutan kota adalah hutan atau sekelompok pohon yang tumbuh di dalam kota atau pinggiran kota. Dalam arti yang lebih luas bisa berupa banyak jenis tanaman keras atau pohon yang tumbuh di sekeliling pemukiman. Hutan kota bisa merupakan hutan yang disisakan pada perkembangan kota atau sekelompok tanaman yang sengaja dibuat untuk memperbaiki lingkungan kota." - Wikipedia

jalan jalan pertama: Suwarnadwipa

Nggak berasa, udah 7 bulan aja gue tinggal di Padang. Rasanya, udah kayak rumah sendiri, meskipun gue sadar –dan kadang masih suka mengeluh, atas keterbatasan yang ada di sini. Beberapa temen yang gue ceritain tentang kehidupan gue di Padang rata-rata ekspresinya sama,”Serius? Masa nggak ada? Kan padahal ibu kota provinsi ya?”. Padang memang belum semaju Medan atau Palembang sebagai ibukota provinsi. Gue pribadi sih kadang kesusahan nyari item tertentu yang dulu sewaktu di Jakarta gue tinggal ke minimarket atau ke mal yang kayak-kayak semuanya ada. Kalau nggak gitu, buat ngedapetin barang A gue harus ke toko X, buat dapetin barang B gue harus ke toko Y, jadi kayak nyebar ke mana-mana gitu, belum nemu satu tempat yang bener-bener serba ada dengan ragam barangnya yang lengkap. Tapi ini bagus sih sebenernya, jadi kan guenya nggak main ke mal mulu hehe Malah bikin gue jadi banyak bersosialisasi karena harus nanya orang lokal dulu kalau mau ini itu. Secara minim info yang bisa