Langsung ke konten utama

Family Trip goes to Pacitan: Pantai Teleng Ria

Pantai menjadi salah satu tujuan wisata yang dinilai dapat menyegarkan pikiran. Siapa yang tak akan merasa bahagia ketika memandang ke laut lepas sambil menikmati semilir angin seiring deburan ombak.



Pantai Teleng Ria berjarak 5-10 menit perjalanan atau sekitar 3,5 km dari pusat kota Pacitan. Kondisi geografis kota Pacitan yang berada pada dataran rendah dikelilingi jajaran pegunungan dan berbatasan langsung dengan samudera Indonesia di sebelah selatan memudahkan kita untuk menjangkau pantai tersebut tanpa melalui perjalanan dengan medan jalan pegunungan yang berkelok. Jadi bisa dikatakan Teleng Ria merupakan sebuah teluk dengan hamparan pasir luas yang diapit pegunungan.

Teleng Ria Beach


Harga tiket masuk kawasan wisata ini adalah IDR5,000.00/person ditambah biaya parkir kendaraan IDR3,000.00. Tidak hanya garis pantai yang panjang dan luas, Teleng Ria juga dilengkapi dengan wahana water park dan play ground yang sangat cocok untuk wisata keluarga bersama anak-anak. Tempat parkirnya luas berikut deretan kios-kios penjaja makanan/minuman juga souvenir. Tepat di sebelum bibir pantai ditanam tetumbuhan yang difungsikan sebagai sabuk pantai. Papan peringatan pun dipasang sebagai himbauan kepada para pengunjung untuk berhati-hati saat berenang maupun menghindari sengatan ubur-ubur beracun. Hal ini terkait kegiatan migrasi ubur-ubur ke kawasan Teleng Ria pada waktu tertentu sekitaran bulan Juni-Agustus. Di tepian pantai Anda akan menemukan Surfing Center dan pos-pos life guard di beberapa titik -sayang waktu itu nggak ketemu baywatch-nya (?). Pantai tersebut memiliki ombak menengah yang cukup mendukung untuk kegiatan selancar, khususnya bagi pemula. Usai berenang Anda dapat mendatangi kamar bilas yang dibangun di pinggir sepanjang pantai dengan tarif sekitar IDR2,000.00 saja.



courtesy of Eden's collections





Teleng Ria juga dilengkapi dengan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di sisi barat pantai, sehingga Anda dapat membeli ikan segar hasil tangkapan nelayan secara langsung atau sekadar melihat-lihat kapal nelayan yang bersandar. Selain itu ada juga tempat pengolahan terasi, jadi jangan heran bila menemukan ikan-ikan kecil yang kering dijemur sebagai bahan dasar terasi.

dried fish

TPI (Tempat Pelelangan Ikan) di sisi barat pantai


Menurut saya pribadi hal menarik saat mengunjungi pantai ini adalah ketika ombak menyapu pantai dan meninggalkan pasir basah dengan sedikit genangan air yang tipis menimbulkan refleksi yang indah.


Sekarang Anda tinggal memilih cara Anda untuk menikmati pantai. Bertelanjang kaki menyusuri pantai sambil sesekali menyambut ombak atau duduk santai menghadap laut sembari berbincang. Enjoy it!



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gara-Gara (Larangan) Tripod (Masuk Kabin Pesawat)

Namanya juga impulsif dan spontan, pasti ada aja ‘kejutan-kejutan’ sepanjang perjalanan. Anggaplah ini sebagai side stories atau cerita di balik layar #mendadakrinjani di postingan sebelumnya . Jadi, gue bakal ngulik hal-hal yang nggak seindah yang terlihat dalam pendakian Gunung Rinjani. Razia di bandara | dok. pribadi Perasaan gue campur aduk, excited tapi sekaligus juga deg-degan. Padahal gue udah duduk di ruang tunggu Bandara Internasional Minangkabau (BIM) di Padang, menantikan penerbangan menuju Lombok bersama kawan-kawan. Kami bermaksud untuk mendaki Gunung Rinjani, dalam kesepakatan dan berkeputusan yang serba dadakan. Banyak yang bilang kalau bikin acara dadakan kemungkinan realisasinya lebih besar dibandingkan acara yang direncanakan jauh-jauh hari. Gue pun lebih sering melakukan perjalanan yang nggak terlalu terikat perencanaan atau persiapan matang. Tapi kan ini naik gunung. Butuh persiapan lebih –setidaknya bagi gue pribadi. Mulai dari nyiapin peralatan,

Hutan Kota Tulungagung

"Hutan kota adalah hutan atau sekelompok pohon yang tumbuh di dalam kota atau pinggiran kota. Dalam arti yang lebih luas bisa berupa banyak jenis tanaman keras atau pohon yang tumbuh di sekeliling pemukiman. Hutan kota bisa merupakan hutan yang disisakan pada perkembangan kota atau sekelompok tanaman yang sengaja dibuat untuk memperbaiki lingkungan kota." - Wikipedia

jalan jalan pertama: Suwarnadwipa

Nggak berasa, udah 7 bulan aja gue tinggal di Padang. Rasanya, udah kayak rumah sendiri, meskipun gue sadar –dan kadang masih suka mengeluh, atas keterbatasan yang ada di sini. Beberapa temen yang gue ceritain tentang kehidupan gue di Padang rata-rata ekspresinya sama,”Serius? Masa nggak ada? Kan padahal ibu kota provinsi ya?”. Padang memang belum semaju Medan atau Palembang sebagai ibukota provinsi. Gue pribadi sih kadang kesusahan nyari item tertentu yang dulu sewaktu di Jakarta gue tinggal ke minimarket atau ke mal yang kayak-kayak semuanya ada. Kalau nggak gitu, buat ngedapetin barang A gue harus ke toko X, buat dapetin barang B gue harus ke toko Y, jadi kayak nyebar ke mana-mana gitu, belum nemu satu tempat yang bener-bener serba ada dengan ragam barangnya yang lengkap. Tapi ini bagus sih sebenernya, jadi kan guenya nggak main ke mal mulu hehe Malah bikin gue jadi banyak bersosialisasi karena harus nanya orang lokal dulu kalau mau ini itu. Secara minim info yang bisa