Langsung ke konten utama

Jembatan (di film) SUCKSEED




***

"Mana sih Ndra masjidnya? Kok kagak ketemu-ketemu dari tadi",

rona mentari sore itu telah menggelanyut senja. Aku dan Indra masih saja berjalan kaki menapaki jalanan di salah satu sudut kota Chiangmai, Thailand. Sederhana. Kami bermaksud mencari masjid Ban Haw yang konon katanya merupakan masjid 'blesteran' Cina-Melayu tertua di kota ini. Menarik bukan? Sholat woy, sholat...!!!

Sebentar-sebentar Indra berhenti. Dia nggak banyak bicara. Jempolnya aja yang dari tadi tak henti-hentinya mengusap-usap layar ponselnya mencermati aplikasi google maps mencoba menemukan arah. Aku? Tadi kami sempat mampir mini market buat beli minuman sama camilan rumput laut. Iya, tugasku ngemilin rumput laut itu sambil jalan. Krauk...krauk...

"Gimana ndra? Udah bener belom nih jalan kita?", tanyaku usai meneguk sebotol air mineral setelah menandaskan cemilan tadi saat kami berhenti sejenak di sebuah pertigaan.

"Kayaknya sih udah. Tinggal lurus aja terus ntar belok kiri", jawab Indra tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponselnya.

Aku kurang memperhatikan penjelasan Indra. Mataku terpaku pada jalan lain di sebelah kanan kami. Dari jauh aku bisa melihat rangka jembatan di ujung jalan itu. Aku merasa familiar dengan pemandangan itu.

Indra melanjutkan langkahnya, tapi kemudian berhenti dan berbalik ketika aku meneriakinya.

"Ndra, tunggu. Ke situ, yuk! Gue penasaran sama jembatan itu", sergahku.

"Apaan? Jembatan?", Indra menjajariku dan mencoba melihat ke arah di mana pandanganku tertuju.

"Iya, jembatan itu. Kayaknya itu jembatan yang ada di film Suckseed, deh!", kataku kemudian.

"Hah?", Indra bingung.

***

Aku mengenal Thailand dari filmnya. Horror Thailand selalu berhasil membuatku bergidik ngeri dan ketagihan. Sampai pada satu waktu seorang teman memberi tahuku tentang film Thailand bergenre komedi romantis, Crazy Little Thing Called Love. Film tersebut begitu menarik perhatian karena membawakan cerita yang biasa namun dikemas secara luar biasa dan setiap orang yang menontonnya pasti terhibur. Aku pun ingin menonton dan mulai mencari film Thailand bergenre serupa.

Suckseed. Drama komedi berbalut kisah cinta remaja dan musik (rock) begitu menarik untuk ditonton. Entah sudah berapa kali tak bosan-bosannya saya menonton ulang film itu. Bahkan aku mengoleksi lagu-lagu yang menjadi soundtrack dari film besutan GTH Productions ini. Makanya, aku menduga kalau jembatan yang kulihat itu adalah lokasi pengambilan gambar salah satu adegan dalam film tersebut. Hal ini dapat diperkuat dengan alur filmnya sendiri yang memang mengambil latar cerita di Chiangmai.

bukan, bukan di Eropa. ini 'parit' di kawasan persegi Chiangmai, Thailand :)

adegan Ped & Ern boncengan naik motor pulang beli gitar | lokasi: kawasan persegi Chiangmai

jembatan yang gue lihat


salah satu scene jembatan di film Suckseed
adegan Ped mewek di jembatan :'(

*meskipun beda sudut pengambilan gambarnya, tapi pada setuju kan kalo jembatan yang aku lihat itu beneran jembatan yang di film Suckseed...? *wink-wink* #iyainaja #serahlodehhep

***

Gara-gara aku bergabung dalam forum yang membahas mengenai film-film Thailand, aku mendapat beragam info dan referensi sehingga aku pun mengunduh film-film Thailand yang direkomendasikan dari internet. Beruntung Blitzmegaplex secara rutin menayangkan film-film Thailand yang terbaru. Sampai akhirnya dari banyaknya film Thailand yang telah ditonton -yang sudah tidak terbatas pada genre horror dan komedi romantis, tetapi juga drama, action, superhero, musikal, dan sebagainya- aku sedikit banyak jadi belajar mengenai budaya, bahasa, dan tempat-tempat indah di Thailand yang acapkali menjadi setting dalam film. Aku jatuh cinta dengan segala hal tentang Thailand yang digambarkan melalui film-film tersebut. Akan menjadi sebuah keberuntungan juga kebahagiaan ketika aku mendapat kesempatan untuk datang berkunjung langsung ke Thailand, menyambangi tempat yang menjadi latar dalam film.

Kesempatan untuk mengunjungi Thailand menjadi salah satu impian yang menjadi kenyataan :)

PS : bonus foto

Stasiun Chiangmai
scene stasiun Chiangmai di film Suckseed

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gara-Gara (Larangan) Tripod (Masuk Kabin Pesawat)

Namanya juga impulsif dan spontan, pasti ada aja ‘kejutan-kejutan’ sepanjang perjalanan. Anggaplah ini sebagai side stories atau cerita di balik layar #mendadakrinjani di postingan sebelumnya . Jadi, gue bakal ngulik hal-hal yang nggak seindah yang terlihat dalam pendakian Gunung Rinjani. Razia di bandara | dok. pribadi Perasaan gue campur aduk, excited tapi sekaligus juga deg-degan. Padahal gue udah duduk di ruang tunggu Bandara Internasional Minangkabau (BIM) di Padang, menantikan penerbangan menuju Lombok bersama kawan-kawan. Kami bermaksud untuk mendaki Gunung Rinjani, dalam kesepakatan dan berkeputusan yang serba dadakan. Banyak yang bilang kalau bikin acara dadakan kemungkinan realisasinya lebih besar dibandingkan acara yang direncanakan jauh-jauh hari. Gue pun lebih sering melakukan perjalanan yang nggak terlalu terikat perencanaan atau persiapan matang. Tapi kan ini naik gunung. Butuh persiapan lebih –setidaknya bagi gue pribadi. Mulai dari nyiapin peralatan,

Hutan Kota Tulungagung

"Hutan kota adalah hutan atau sekelompok pohon yang tumbuh di dalam kota atau pinggiran kota. Dalam arti yang lebih luas bisa berupa banyak jenis tanaman keras atau pohon yang tumbuh di sekeliling pemukiman. Hutan kota bisa merupakan hutan yang disisakan pada perkembangan kota atau sekelompok tanaman yang sengaja dibuat untuk memperbaiki lingkungan kota." - Wikipedia

Seperti Bintang: Ada, Meski Tak (Selalu) Terlihat

“ Aku menikah tahun depan. ” Bagaimana perasaanmu mendengar kalimat itu terlontar dari mulut sahabatmu? Aku tersenyum dan membelalakkan mata. Bagiku, ini adalah salah satu berita yang menggembirakan. Meski sebenarnya bukan hal yang mengejutkan karena aku pun telah lama menantikannya. Dalam hati ingin ku teriakkan ‘AKHIRNYAAA’, tapi aku tahu suaranya bergetar saat mengungkapkan hal itu. Ku tahan euforia di dada, ku pasang telinga bersiap untuk mendengarkan apa yang mungkin menjadi kegusarannya. “Aku mau puas-puasin jalan-jalan dulu. Mungkin ini tahun terakhirku”, katanya melanjutkan. Raut mukanya menunjukkan kekhawatiran seolah menikah menjadi akhir karirnya jalan-jalan. # Perkenalkan, Sadam Febriansyah, sahabatku. Kami saling mengenal sejak taman kanak-kanak dan tinggal di satu lingkungan yang sama. Pertemanan kami semakin dekat ketika kami masuk ke sekolah dasar. Satu sama lain cukup kompetitif memperebutkan juara kelas, tetapi aku yang menang kami bersain