Langsung ke konten utama

5 FAKTA Pendakian Gunung Rinjani

Masih edisi side stories #mendadakrinjani kali ini gue bakal cerita beberapa fakta di balik pendakian kami ke Gunung Rinjani. Berdasarkan pengalaman dan informasi yang gue peroleh selama perjalanan, terungkap hal-hal yang baru gue tahu bahwa mengunjungi Rinjani tidak melulu soal keindahan alamnya.

 

Tahukah kamu?

  1. SINYAL!
    tiap istirahat cek sinyal | dok. pribadi
    Rasanya sinyal menjadi hal yang paling dicari di zaman digital seperti sekarang ini. “Kalau di sini, X*L rajanya”, begitu kata salah seorang warga setempat. Benar saja, saat berada di Sembalun gue mati gaya karena nggak dapet sinyal, kebiasaan ngandelin mobile wifi ‘temanpintar’ sih. Telko*msel boleh dibilang punya coverage sinyal nomor dua lah. Sedangkan Indo*sat juga bisa kok kalau ada sinyal nyasar yang kebawa angin. Eh tapi bener lho, sepanjang pendakian mungkin sinyal bakal nggak stabil, hilang timbul gitu terbawa angin. Pelawangan Sembalun dan Pelawangan Senaru memiliki tiang pemancar sehingga jangkauan sinyalnya lebih stabil –selama nggak ada kabut tebal yang menyelimuti. Bisa tuh kalau mau telponan atau chatting bagi siapa saja yang ingin tetap tersambung dengan orang terkasih. #eeeaa
  2.  JALUR (LOKAL VS BULE)
    Trek Sembalun | dok. pribadi
    Seperti yang diketahui, Gunung Rinjani memiliki DUA jalur pendakian resmi, yaitu Pintu Sembalun dan Pintu Senaru. Seringnya pendaki lokal bakal memulai pendakian dari Pintu Sembalun. Sementara pendaki mancanegara biasanya mengambil start dari Pintu Senaru, begitu kata abang porter suatu waktu. Kenapa gitu? Gue lupa alasannya wkwkwk #plak tapi kalau secara logika, jalur Sembalun lebih landai sehingga kemungkinan jarak tempuhnya lebih lama, melintasi padang sabana yang luas sekali. Sedangkan jalur Senaru treknya masuk hutan gitu, nanjak tapi adem. Pemilihan rute jalur pendakian tentunya bergantung preferensi masing-masing pendaki itu sendiri. Mungkin sebagai pertimbangan bisa nonton dokumentasi pendakian gue di sini.
  3. AWAS MONYET!
    monyet di depan tenda Pelawangan Sembalun | dok. pribadi
    Pertama kali melihat kawanan monyet itu sewaktu gue sama temen-temen istirahat di Pos 3 Ekstra jalur Sembalun. Eh, pas ngobrol santai sama abang-abang porter yang lagi duduk-duduk di situ juga katanya kawanan monyet ini bisa kita temui di sepanjang jalur pendakian. Wew! Nggak heran lagi deh pas besoknya kami ketemu mereka di jalur summit. Maennya jauh yak! “Nggak gigit kok, cuma mau nyari makanan aja dia”, kata abang porter ketika gue curhatin soal kejadian tangkap tangan monyet yang ngambil periuk nasi kami. Jadilah setelah itu gue jaga depan tenda sambil waspada lihatin tingkah mereka yang berusaha menyusup ke tenda-tenda untuk mencuri makanan. Monyet yang pinter dia ngajak temannya kerjasama. Mereka bakal melipir memilih tenda kosong lalu monyet satu menyuruh monyet lainnya berjaga di luar sementara dijulurkan kepala dan separuh badannya ke dalam tenda untuk mencuri makanan. WOW! Jam operasional mereka siang-sore aja sih, mungkin kalau malam ada kegiatan lain. He.
     
  4. NGGAK ADA PANTANGAN? 
    sebuah pengingat | dok.pribadi
    Kalau di gunung lain sampai ada larangan air kencing nggak boleh menyentuh tanah, di sini nggak ada tantangan semacam itu”, cerita seorang porter yang sama-sama duduk di pos istirahat. Tapi ini bukan berarti sebagai pendaki kita bisa berbuat seenaknya lho ya… Bagaimanapun juga alam memiliki kekuatan luar biasa yang tidak terbantahkan. Makanya kan kalau pamit naik gunung biasanya sama emak bapak pasti dikasih pesan untuk menjaga perkataan dan perbuatan selama pendakian, sama banyak berdoa biar senantiasa dalam lindungan Tuhan.
    Aamiin :) Minimal bisa dimulai dari menjaga alam dengan cara mengumpulkan sampah selama pendakian dan membawanya turun.
  5. KEMBARANNYA SEMERU? 
    Gunung Rinjani | dok. pribadi
    emang Rinjani beneran kayak Semeru ya mas?", tanya abang porter sewaktu kita duduk ngobrol berdua depan tenda. Sepersekian detik pertama gue bingung mau jawab apa. untung tadi pas summit sempet bahas sama temen-temen, jadi punya contekan jawaban. "trek summit-nya memang sama-sama berpasir berbatu gitu, bang. Tapi di Semeru longsoran pasirnya bisa ngeruntuhin batu besar yang membahayakan", gue coba jawab sebisanya 😅 Nggak nyangka aja, ternyata abang porter kepo juga. Kemungkinan besar dia pasti sering denger komentar atau cerita dari tamu yg diantarnya. Menurut gue setiap gunung punya karakteristik dan tantangannya sendiri-sendiri, tergantung bagaimana pendakian itu dimaknai 🙏
Itu tadi lima trivia Rinjani yang bisa gue rangkum. Bagi pembaca yang punya fakta atau cerita lain tentang Rinjani boleh banget dibagi melalui kolom komentar. Pasti kan setiap perjalanan punya cerita tersendiri dengan penemuan fakta yang beragam. Because sharing is caring, the more the merrier; kalau banyak yang berbagi di kolom komentar, nggak menutup kemungkinan bakal dibikin trivia Rinjani lanjutan dalam postingan tersendiri. Salam Pejalan :D

Komentar

  1. Greetings! Very helpful advice within this post! It's the little changes that make the largest changes. Many thanks for sharing! hotmail sign in

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gara-Gara (Larangan) Tripod (Masuk Kabin Pesawat)

Namanya juga impulsif dan spontan, pasti ada aja ‘kejutan-kejutan’ sepanjang perjalanan. Anggaplah ini sebagai side stories atau cerita di balik layar #mendadakrinjani di postingan sebelumnya . Jadi, gue bakal ngulik hal-hal yang nggak seindah yang terlihat dalam pendakian Gunung Rinjani. Razia di bandara | dok. pribadi Perasaan gue campur aduk, excited tapi sekaligus juga deg-degan. Padahal gue udah duduk di ruang tunggu Bandara Internasional Minangkabau (BIM) di Padang, menantikan penerbangan menuju Lombok bersama kawan-kawan. Kami bermaksud untuk mendaki Gunung Rinjani, dalam kesepakatan dan berkeputusan yang serba dadakan. Banyak yang bilang kalau bikin acara dadakan kemungkinan realisasinya lebih besar dibandingkan acara yang direncanakan jauh-jauh hari. Gue pun lebih sering melakukan perjalanan yang nggak terlalu terikat perencanaan atau persiapan matang. Tapi kan ini naik gunung. Butuh persiapan lebih –setidaknya bagi gue pribadi. Mulai dari nyiapin peralatan,

Hutan Kota Tulungagung

"Hutan kota adalah hutan atau sekelompok pohon yang tumbuh di dalam kota atau pinggiran kota. Dalam arti yang lebih luas bisa berupa banyak jenis tanaman keras atau pohon yang tumbuh di sekeliling pemukiman. Hutan kota bisa merupakan hutan yang disisakan pada perkembangan kota atau sekelompok tanaman yang sengaja dibuat untuk memperbaiki lingkungan kota." - Wikipedia

Seperti Bintang: Ada, Meski Tak (Selalu) Terlihat

“ Aku menikah tahun depan. ” Bagaimana perasaanmu mendengar kalimat itu terlontar dari mulut sahabatmu? Aku tersenyum dan membelalakkan mata. Bagiku, ini adalah salah satu berita yang menggembirakan. Meski sebenarnya bukan hal yang mengejutkan karena aku pun telah lama menantikannya. Dalam hati ingin ku teriakkan ‘AKHIRNYAAA’, tapi aku tahu suaranya bergetar saat mengungkapkan hal itu. Ku tahan euforia di dada, ku pasang telinga bersiap untuk mendengarkan apa yang mungkin menjadi kegusarannya. “Aku mau puas-puasin jalan-jalan dulu. Mungkin ini tahun terakhirku”, katanya melanjutkan. Raut mukanya menunjukkan kekhawatiran seolah menikah menjadi akhir karirnya jalan-jalan. # Perkenalkan, Sadam Febriansyah, sahabatku. Kami saling mengenal sejak taman kanak-kanak dan tinggal di satu lingkungan yang sama. Pertemanan kami semakin dekat ketika kami masuk ke sekolah dasar. Satu sama lain cukup kompetitif memperebutkan juara kelas, tetapi aku yang menang kami bersain