Langsung ke konten utama

Backpacking "MALANG" part 5 (3) [end]


Day 6
Best Moment...

"Hm, memasuki bagian ending gini sayang banget rasanya untuk mengakhiri cerita ini. Tapi bagaimana lagi? Harus ada akhir dari sebuah permulaan. Setidaknya, sedikit catatan perjalanan ini bisa menjadi pengingat atas apa yang telah dilewati. Sebuah pengalaman dan kebersamaan yang tak ternilai harganya..."

Dari JP2 berlanjut ke Batu Night Spectacular (BNS). Rupanya jalan kaki masih menjadi pilihan favorit kami dalam perjalanan ini. Kembali kami turun ke jalan, menyusuri aspal ditemani semilir angin gunung sore itu. Sengaja kami bercakap-cakap di sepanjang jalan demi membunuh waktu mencoba berpaling pada fakta, jalan kami masih panjang. Rasa letih sudah mulai bergelanyutan rupanya. Apalagi BNS yang menurut asumsi kami cukup dekat dengan lokasi JP2 tak kunjung memperlihatkan batang hidungnya. Rasanya benar-benar jauh...

Ada kali kurang 1km barulah terlihat di kejauhan pohonan depan BNS melambai-lambai. Ada secercah harapan! Namun kami berbelok arah. Entah kok ya bisanya pada kompakan beli pulsa di counter pinggir jalan ini. Udahnya segera lah kami dengan semangat yang kembali berkobar menyegerakan langkah kami untuk menggapai BNS. Sampailah kami di pelataran BNS. Meskipun masih sore begini nampaknya BNS sudah dipadati pengunjung yang terlihat dari jajaran kendaraan di lapangan parkirnya.



"BNS adalah sebuah wahana wisata semacam pasar malam modern yang boleh dibilang spectacularbila dibandingkan dengan pasar malam pada umumnya. Objek wisata yang berlokasi di Desa Oro-oro Ombo ini menyajikan wahana yang bisa dinikmati seluruh anggota keluarga Anda. Ada puluhan wahana yang tidak akan bisa Anda lupakan setelah menikmatinya, seperti Galeri hantu, Slalom Tes, Sepeda Udara tertinggi, Lampion Garden, dan trampoline. Di sini Anda juga bisa menguji adrenalin dengan mencoba beberapa wahana seperti drag race (gokar), mouse coaster, dan beberapa permainan yang lain. Tersedia juga kid zone yang terdiri dari beragam pilihan permainan bagi anak-anak." - malang-gudance.com


Kami menuju loket pembelian tiket. Hari itu karena hari libur nasional jadilah harga tiket masuknya IDR 12,500/orang. Kalau hari biasa IDR 10,000/orang. Melewati pintu masuk kami segera menuju ke mushola untuk menunaikan Ashar. Kebetulan sekali mushola ini terletak di dekat food court area. Usai berjamaah Ashar, kami pun memilih bangku untuk tempat santap buka puasa di jajaran bangku kosong di tengah ruang yang dikelilingi warung/kedai penjaja makanan. Sadam memberitahu bahwa jual beli di food court ini menggunakan sistem deposit sehingga kita harus menukarkan uang kita ke deposit voucher yang kita gunakan untuk memesan makanan. Tenang aja, kalau nilai deposit kita lebih besar dari pembayaran atas makanan yang kita pesan, selisihnya dapat kita refund. Mulailah kami memilih-milih menu dengan berjalan berkeliling untuk menemukan makanan yang bisa menggoda kami untuk santap buka nanti. Sambil menanti datangnya pesanan saya berjalan ke luar dan menemukan wahana mouse coaster di belakang gedung food court ini. Kala itu senja mulai menyapa dan dinginnya angin berhembus kian terasa. Namun tak ada niatan untuk mencoba wahana itu mengingat tadi udah puas naik turun wahana serupa di JP1. Saya pun kembali ke meja kami dan menanti Adzan Maghrib berkumandang. Makanan yang kami pesan sudah tersaji di depan mata siap untuk disikat! Tak berapa lama kumandang merdu itu terdengar sayup-sayup. Selamat berbuka puasa :D

Begitu kenyang santap buka, kami kembali mengunjungi mushola untuk menunaikan Maghrib setelah sebelumnya ke meja penukaran untuk refund sisa deposit kami. Usai menunaikan ibadah, kami berjalan ke arah Lampion Garden. Sayang, loket pembelian tiket masuknya belum buka, masih jam istirahat Maghrib. Ya sudahlah akhirnya kami menanti bersama pengunjung yang lain mengisi waktu dengan menyaksikan aksi pengunjung lain yang seru-seruan berlaga di arena gokar di sudut lain tak jauh dari lokasi Lampion Garden. Cukup lama kami menanti, kami juga sempat mencoba wahana rumah kaca yang ada di dekat situ. Lumayan seru, membingungkan, dan beberapa kali tertipu untuk menemukan jalan keluar dari labirin rumah kaca ini. Nah, biar bisa menakhlukkan wahana ini dengan baik caranya cukup mudah. Lihat ke bawah, telusuri jejak cat lantai yang terkelupas and find the way out! haha

Loket Lampion Garden pun dibuka, kami segera mengantri untuk membeli tiket yang juga seharga IDR 12,500/orang (atau IDR 10,000/orang di hari biasa). Antrian mulai mengekor di depan pintu masuk. Begitu pintu masuk dibuka, pengunjung berhamburan dan segera mengambil gambar di berbagai sudut yang memang bagus banget untuk fotografi. Tak mau ketinggalan, kami pun beraksi kembali.



Anda akan disuguhi beragam bentuk lampion dengan warna-warni lampu yang begitu indah memancarkan sinarnya di hari yang beranjak gelap.











Tak puas satu putaran kami berkeliling, kami yang telah sampai di depan pintu keluar tak kuasa hati untuk mengakhiri, akhirnya kami pun kembali berkeliling Lampion Garden ini. Putaran kedua.


Malam kian larut, kami pun mulai galau memikirkan bagaimana kami akan pulang nanti. Mengingat tidak adanya angkutan yang lewat di depan BNS malam-malam seperti ini. Sekeluarnya dari Lampion Garden kami menyusuri BNS dengan gemerlap lampu warna-warni di selingi teriakan pengunjung yang terlihat seru menikmati wanaha yang ada di sekeliling kami. Kami terus berjalan ke toko oleh-oleh di deretan kios-kios sebelum food court. Danto dan Fahmi memborong oleh-oleh lagi :)





Setelah mengantongi cukup banyak oleh-oleh, kami memutuskan untuk segera keluar dari lokasi BNS mengingat hari sudah malam. Sesampainya di lapangan parkir kegalauan masih menyelimuti kami. Bagaimana kita akan pulang? Jalan kaki kembali menjadi alternatif terbaik bagi kami, ya daripada naik ojek malam-malam gini kan? Perjalanan kami otomatis jarak tempuhnya lebih jauh, karena kami harus ke terminal terdekat yang berada jalan turunan tak jauh (sekitar 300m) dari persimpangan antara jalan arah JP1 dan arah JP2. Jadilah kami berjalan menyusuri kembali jalanan yang tadi sore kami lalui. Hanya saja kali ini hari telah gelap dan sepi. Hanya sorot lampu kendaraan yang lewat yang dapat memberikan penerangan cukup di perjalanan kami. Kembali melintasi jalan depan JP2, setidaknya separuh perjalanan telah kami tempuh pikir kami. Namun nyatanya, ibarat soundtrack Cinta Fitri, "Jalan kita masih panjang..." ♪

Dan sampailah kami di persimpangan jalan yang kami maksud tadi di atas. Hm, berarti terminal udah dekat nih. Kami berbelok ke arah jalanan yang menurun menuju lokasi terminal kota Batu. Terlebih dulu kami mampir ke Indomaret tak jauh dari persimpangan jalan tadi untuk membeli air mineral dan saya ke ATM untuk penarikan uang. Sembari mengistirahatkan kaki sejenak, kami pun meneguk segarnya air minum yang baru kami beli. Namun perjuangan belum berakhir.

Dengan riang gembira kami berjalan ke terminal. No more walking around. Tinggal naik angkot/bus, kembalilah kami ke Malang. Lagi-lagi perkiraan dan asumsi kami salah. Waktu itu jam masih menunjukkan sekitar pukul 9, namun keadaan sekitar bak kota mati. Sepi. Jalanan sunyi, hanya hembusan angin yang lewat. Sampai di terminal runtuhlah harapan kami mendapat kendaraan pulang. Beberapa lampu di terminal telah di matikan. Tak banyak kendaraan/angkutan umum yang terparkir. Bus pun tak ada. Hanya beberapa angkot yang dikandangkan di sudut terminal. Sadam pun coba mencari informasi ke arah ruang dekat tempat menaik/turunkan penumpang. Di sana masih terlihat benderang dan ada beberapa orang yang berjaga. Sayang, informasi yang kami dapat bukan kabar bagus. Menurut informasi jam segini bus udah nggak masuk terminal lagi. Bus arah Malang bisa ditunggu di pertigaan ujung jalan turunan ini. kami mencoba tegar dan bersegera menuju likasin dimaksud sebelum melewatkan bus arah Malang yang akan melintas.

Beberapa lama kami menunggu di pinggir jalan, bus yang kami tunggu tak kunjung datang. Makin resahlah hati kami. Lalu Sadam pun mengambil inisiatif untuk bertanya ke warga sekitar. Sadam berjalan cukup jauh, karena hampir hilang dari pandangan, kami pun menyusul dia. Ternyata dia mendapati seorang warga setempat yang tengah menutup tokonya. Dari keterangan yang kami peroleh, orang itu meyakinkan kami kalau bus akan melintas, tunggu saja. Baiklah, kami menunggu lagi. Namun bak di beri harapan palsu kami mulai putus asa. Namun, kami teringat akan lagu Maher Zain, bahkan sempat kami melagukannya, "Insya Allah ada jalan..." ♪

Tak berapa lama kami menunggu ada sorot lampu mobil yang mendekat ke arah kami. Benar, tiba-tiba mobil itu berhenti di hadapan kami. Mobil angkot! Pak supir pun menurunkan kaca mobil menawari kami untuk ikut. Setelah tawar menawar harga, akhirnya kami pun naik ke angkot tersebut. Angkot yang hanya berisi kami berlima termasuk pak supir yang mengemudikan ini pun melesat menembus jalanan Batu-Malang malam itu. Di sepanjang perjalanan kami pun ditanya-tanya oleh pak supir, dan dari obrolan yang saya tangkap sih jadi bapak ini tadi tuh ceritanya udah mau pulang ke rumah, nggak narik angkot lagi. Tapi karena melihat kami-kami yang kucel ini di pinggir jalan kaya anak hilang, makanya tadi disamperin. Ini lagi dianterin balik ke Malang malah. Hm, baik banget ya bapaknya. Pengen deh ngasih uang lebih. Tapi sama Sadam nggak usah aja katanya, emang jam segini tuh harusnya masih ada angkutan yang lewat kok. Harga yang udah kita sepakati juga udah cukup. IDR 20,000, berempat, Batu-Malang. Diturunkanlah kami di depan terminal Landungsari Malang. Lega juga rasanya bisa sampai di Malang lagi. Kalau udah nyampe sini mah tenang, nggak bakal kehabisan angkot. Kami pun masuk ke angkot ADL yang lagi ngetem. Lama juga kami harus menunggu sampai penumpang cukup dan barulah angkot diberangkatkan. Heran juga, ini orang-orang malam-malam begini masih di jalan dari mana aja ngapain aja ya? (ih, kepo deh!)

Kami turun di depan stasiun, mau beli nasi goreng buat supper sekaligus sahur. Karena besok pagi pasti susah bangun sahur, akhirnya sebelum tidur kami berencana makan bungkusan nasi goreng yang kami beli ini. Sadam turut serta. Setelah order kami jadi, kami berjalan kembali ke hotel. Akhirnyaaaa...

Sesampainya di hotel kami segera menyelesaikan perhitungan keuangan biar nggak ada lagi itu utang-piutang di antara kami. Setelah semua clear, Sadam berpamitan pulang. Tak lupa saya serahkan oleh-oleh kecil yang saya bawa dari Jakarta. Danto dan Fahmi diam-diam juga ngasih oleh-oleh yang dibelinya dari BNS tadi. THANKS berat buat Sadam yang udah seharian mau capek-capek nemenin nge-bolang sampai pulang jam selarut ini. Padahal esok pagi dia masih harus berangkat PKL di Kantor BC. Hoho... maaf ya udah ngrepotin.

Setelah Sadam berlalu mengendari si hitam keluar area penginapan kami, segera kami melahap nasi goreng kami dan menunaikan Isya' yang tertunda dan kami pun bergelimpangan di atas tempat tidur terhanyut ke alam mimpi. Saat pagi menjelang, Danto yang biasanya susah bangun bahkan sampai berkali-kali alarm BB-nya bunyi, bangun lebih dulu dan lebih pagi. Nampaknya semangat banget mau balik Jakarta. hihi

Jam 7 pagi kami telah siap check out. Danto sama Fahmi juga ngasih oleh-oleh loh tapi buat emak di rumah yang dititipin ke saya (lah apa bedanya?) Fahmi bahkan maksa-maksa saya untuk membawa sebotol sirup yang didapatnya secara cuma-cuma dari membeli pulsa di Indomaret tempo hari pas dianter Ardha. Yakali, saya kan ntar balik ke Tulungagung naek kereta ekonomi, bisa merepotkan saya sendiri nantinya. Jadilah orange syrup itu kami tinggalkan di atas kasur hotel.

Setelah check out, taksi yang dipesan sudah menanti di depan hotel. Danto dan Fahmi pun memasukkan backpack dan kardus oleh-oleh yang mereka bawa ke bagasi. Mereka berdua pamit undur diri dan menghilang dibawa laju taksi ke arah Bandara Abdurrahman Saleh, Malang. Saya sendiri masih harus JALAN KAKI lagi ke stasiun Malang Kota Baru mengejar kereta ke Tulungagung. Sambil menunggu datangnya kereta saya coba menghubungi Fahmi juga Danto via grup whatsapp. Rupanya gate-nya belum buka. jadi mereka harus menunggu untuk beberapa lama. Yang bikin ketawa itu ternyata Fahmi udah bisa bahasa Jawa sedikit-sedikit. Suwi rek! haha

Sekitar jam 9, saya yang masih berada di dalam kereta dalam perjalanan pulang ke Tulungagung bersama seseorang mendapat kabar dari Fahmi kalau mereka berdua sudah landing. Syukurlah... Tapi jalan saya masih panjang... haha

Menutup kebersamaan kita dalam perjalanan beberapa hari belakangan, saya mau mengucapkan terima kasih atas apa yang telah kita lewati. Ini adalah Best Moment di sepanjang Ramadhan tahun ini. Biarpun dalam kondisi ibadah puasa, namun tak menyurutkan kita untuk melangkahkan kaki mencari pengalaman dan menemui hal baru serta teman baru dari perjalanan kita. Maaf juga saat ada salah dan khilaf yang mungkin menyinggung hati sodaraku sekalian. Terima kasih dan maaf juga tak lupa saya sampaikan kepada seluruh pihak yang membantu suksesnya perjalanan kami ini, yang udah mau direpotin, dibikin capek, dan memberi warna dalam hari-hari backpacking kami.

Sampai jumpa di cerita yang lain lagi ya...

NB: Khusus Danto sama Fahmi, ayo kita ngebolang backpacking-an lagi :D


Cast
hepi | twitter: @mrhepi

Fahmi | twitter: @SAFahmi

Danto | twitter: @YudantoDwi

Sadam | twitter: @fsadam

Ardha | twitter: @mr_agusta

Zaenur | twitter: @zaenur
buat yang namanya udah disebut:

Maria | twitter: @mariariche
Lintang | twitter: @asdyalr

 Special Performance:
Maher Zain

Syahrini

and
si hitam - matic
©2011

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gara-Gara (Larangan) Tripod (Masuk Kabin Pesawat)

Namanya juga impulsif dan spontan, pasti ada aja ‘kejutan-kejutan’ sepanjang perjalanan. Anggaplah ini sebagai side stories atau cerita di balik layar #mendadakrinjani di postingan sebelumnya . Jadi, gue bakal ngulik hal-hal yang nggak seindah yang terlihat dalam pendakian Gunung Rinjani. Razia di bandara | dok. pribadi Perasaan gue campur aduk, excited tapi sekaligus juga deg-degan. Padahal gue udah duduk di ruang tunggu Bandara Internasional Minangkabau (BIM) di Padang, menantikan penerbangan menuju Lombok bersama kawan-kawan. Kami bermaksud untuk mendaki Gunung Rinjani, dalam kesepakatan dan berkeputusan yang serba dadakan. Banyak yang bilang kalau bikin acara dadakan kemungkinan realisasinya lebih besar dibandingkan acara yang direncanakan jauh-jauh hari. Gue pun lebih sering melakukan perjalanan yang nggak terlalu terikat perencanaan atau persiapan matang. Tapi kan ini naik gunung. Butuh persiapan lebih –setidaknya bagi gue pribadi. Mulai dari nyiapin peralatan,

Hutan Kota Tulungagung

"Hutan kota adalah hutan atau sekelompok pohon yang tumbuh di dalam kota atau pinggiran kota. Dalam arti yang lebih luas bisa berupa banyak jenis tanaman keras atau pohon yang tumbuh di sekeliling pemukiman. Hutan kota bisa merupakan hutan yang disisakan pada perkembangan kota atau sekelompok tanaman yang sengaja dibuat untuk memperbaiki lingkungan kota." - Wikipedia

Seperti Bintang: Ada, Meski Tak (Selalu) Terlihat

“ Aku menikah tahun depan. ” Bagaimana perasaanmu mendengar kalimat itu terlontar dari mulut sahabatmu? Aku tersenyum dan membelalakkan mata. Bagiku, ini adalah salah satu berita yang menggembirakan. Meski sebenarnya bukan hal yang mengejutkan karena aku pun telah lama menantikannya. Dalam hati ingin ku teriakkan ‘AKHIRNYAAA’, tapi aku tahu suaranya bergetar saat mengungkapkan hal itu. Ku tahan euforia di dada, ku pasang telinga bersiap untuk mendengarkan apa yang mungkin menjadi kegusarannya. “Aku mau puas-puasin jalan-jalan dulu. Mungkin ini tahun terakhirku”, katanya melanjutkan. Raut mukanya menunjukkan kekhawatiran seolah menikah menjadi akhir karirnya jalan-jalan. # Perkenalkan, Sadam Febriansyah, sahabatku. Kami saling mengenal sejak taman kanak-kanak dan tinggal di satu lingkungan yang sama. Pertemanan kami semakin dekat ketika kami masuk ke sekolah dasar. Satu sama lain cukup kompetitif memperebutkan juara kelas, tetapi aku yang menang kami bersain