Langsung ke konten utama

JABODETABEK on vacation 2

Selasa, 27 Desember 2011

"Serpong adalah sebuah kecamatan di Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten, Indonesia. Sebelum Kota Tangerang Selatan menjadi kota otonom, Serpong merupakan salah satu kecamatan dari Kabupaten Tangerang. Di kecamatan ini terletak kota terencana ternama yang bernama Bumi Serpong Damai atau seringkali disingkat dengan "BSD" (kini disebut sebagai BSD City, yang merupakan salah satu perintis perumahan di Serpong). Selain BSD saat ini perkembangan perumahan di kawasan ini sangat pesat seiring dioperasikannya jalan Tol Antasari - BSD. Diantaranya adalah Summarecon Serpong dan Alam Sutera." - Wikipedia

Sudah sering jalan-jalan ke Serpong, BSD khususnya, untuk sekadar nonton film Thailand di Blitzmegaplex. Namun, saat kesempatan lain datang seperti sekarang ini, akan lain juga ceritanya. Sebagaimana di cerita saya tentang backpacking Malang, saya pernah bercerita bukan kalau salah satu partner backpacking saya kala itu, Fahmi, berasal dari Serpong. Liburan kali ini, awalnya Arya dan Fahmi mengajak saya untuk pergi bermain ice skating untuk mengisi waktu. Namun, mengingat budget-nya nanti bakal cukup dalam merogoh kocek, saya pun meminta alternatif lain saja. Sampai Arya mengusulkan untuk bermain bowling saja. Hm, bowling? I've never done it before. It'll be my first experience. I love to experience a new thing. Tak lupa kami mengajak Danto, yang juga rekan saya backpacking. Akhirnya, ada kesempatan jalan bareng lagi sama mereka. (y)


Tak ingin sekadar bermain bowling, Fahmi menawarkan kami untuk mampir ke rumahnya mumpung kita mengunjungi Serpong. Wah, asik nih. Sekali merengkuh dayung, dua, tiga pulau terlampaui. Namun nantinya akan lebih dari dua, tiga pulau yang dapat kami lampaui.

Perjalanan kali ini disepakati bahwa Fahmi dan Danto yang memiliki sepeda motor akan datang menghampiri saya dan Arya untuk membonceng kami kemudian di sepanjang touring Serpong hari ini nanti. Kami berjanji untuk berkumpul jam 10.30 di kos saya. Danto sampai lebih dulu, baru kemudian disusul Fahmi yang sebelumnya menjemput Arya di kosnya. Tak begitu lama, karena memang seluruh anggota touring hari ini telah berkumpul, kami menyegerakan diri untuk memulai perjalanan. Are you ready to rock?

Eh, ada yang lupa! Kami harus ke kosnya Arya dulu, karena Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) Arya ketinggalan. (Buat apa bawa KTM? hm... nanti juga bakal tahu, hehe lanjut...) Begitu sampai di depan kosnya, Arya lompat dari boncengan Fahmi dan berlari masuk ke dalam, sedangkan saya, Danto, dan Fahmi menunggu di luar, nangkring di motor. Di sinilah saya tahu kalau Danto sedang dalam kondisi nggak fit sebenarnya. Jadi nggak tega minta bonceng dia. Tapi, mau gantiin buat ambil alih kemudi juga saya nggak bisa mengemudikan motor sport macam Vixion ini. Hm, semoga acara hari ini menyenangkan, biar bisa sejenak mengobati flu-nya Danto, amin... :)

Serpong... i'm coming!

Danto, Fahmi, Me, Arya
Touring siang hari ini dipimpin oleh Fahmi. Danto mengekor di belakang. Saya dan Arya yang duduk di boncengan menikmati perjalanan aja lah. Haha Kami melaju menembus batas, dari Bintaro sektor 9 masuk ke daerah yang entah itu daerah apa disebutnya. Melewati kawasan perumahan dan tiba-tiba tembus perkampungan. Terlihat beberapa proyek pembangunan perumahan di sepanjang perjalanan, padahal jalanannya tak begitu lega serta berkelok naik turun dan lingkungannya yang ya boleh dibilang kurang pantas untuk dibangun proyek semacam itu. Belum usai rasa heran saya, tahu-tahu saya menemukan bangunan dengan arsitektur cukup unik yang ternyata ini adalah sebuah sekolah swasta. It doesn't make any sense aja menurut saya dengan adanya sekolah yang kalau dilihat-lihat bukan sekolah swasta sembarangan berlokasi di kawasan seperti ini, kurang strategis. Tak jauh dari situ ada pemakaman juga, lebih jauh lagi ada areal tempat pembuangan akhir sampah. Memang masih ada lahan kosong luas sih di daerah ini. Hm, mungkin developer lah yang lebih tahu bagaimana akan mengembangkan kawasan ini. Terbukti adanya bangunan tinggi menjulang yang sedang dalam pembangunan, bisa jadi nantinya akan menjadi sebuah kantor usaha. Di sekitar situ juga ada pool basis taksi kuning muda. Sampailah kami di ujung jalan ini yang ternyata tembus sebelah kantor polisi sektor BSD City. Kami berbelok memasuki jalan raya Serpong.

Pemandangan berbeda dapat kita lihat di sini. Nyaris 180 derajat dibanding yang tadi. Jalanan yang lega, tata kota yang bagus dan terkonsep dengan baik, membuat saya terkagum dan begitu menikmati perjalanan ini. Montor kami pun melaju membelah jalanan Serpong. Sampai akhirnya motor kami berhenti di lampu merah persimpangan jalan. Setelah melihat ke sekeliling, barulah saya menyadari, saat ini kami berada di perempatan sebelum Teras Kota dari arah Eka Hospital. Begitu lampu hijau, kembali kami memacu sepeda motor menyeberangi persimpangan jalan, lurus, dan kembali memasuki kawasan real estate dengan jalanannya yang begitu lebar dan pemandangan taman dengan rerumputan nan menghijau di kanan kiri jalan. Ketemu persimpangan lampu merah lagi, jalan terus... ada persimpangan lagi... baru deh belok kiri. Kawasan ini masih banyak lahan hijau terbuka. Ada danau kecilnya juga. Aduh, nggak rela deh kalau sampai pemandangan ini akan hilang ketika akhirnya harus berdiri bangunan-bangunan yang memang menjadi bagian mega proyek pengembang kawasan Serpong ini. Setelah belokan tadi, tak berapa lama ada bangunan bertema futuristic yang ternyata adalah Prasetya Mulya Business School. Tak jauh dari situ juga ada bangunan yang kalau dilihat-lihat mirip Plaza Air Mancur Taman Buah Mekarsari. Setelah melintas di depannya ternyata itu adalah Marketing Office BSD City. Dan yang membuat saya berdecak kagum adalah ketika saya memperhatikan tiang-tiang lampu penerang di sekitaran kantor itu, ternyata menggunakan teknologi panel surya. Jadi di setiap tiang lampu itu, di atasnya terdapat kotak-kotak paparan panel surya untuk menangkap sinar matahari dan mengubahnya menjadi energi listrik dengan alat yang terpasang dalam kotak di punggung tiang. Konsep ramah lingkungan dan tata bangunan yang sophisticated.

We're like in the highway to hell. Kami masih terus menyusuri jalanan yang begitu lebar ini. Kembali lagi menemui kawasan perumahan modern di sisi jalan. Kami terus melaju, dan entah mengapa, di hadapan kami banyak pembatas jalan dari beton berjajar dan membuat kami mengemudikan motor secara zig-zag untuk melewatinya. Heran juga. apa tujuannya? Makin penasaran lagi ketika makin ke sini 'rintangan' ini jadi terlihat makin sulit. Tak hanya beton pembatas, tapi juga tiang-tiang berdiri kokoh di tengah jalan. Kami pun harus menembus celah di antara tiang-tiang itu. Kami serasa terjebak dalam dunia racing game (?)

Begitu sampai di ujung jalan, kami harus melewati para pekerja yang sedang sibuk menggarap proyek di sekitar situ. Layaknya sebuah racing game, setelah melewati 'rintangan' yang tadi seolah naik level, kami dihadapkan pada jalanan yang ramai dan padat dengan truk-truk yang berlalu lalang dari dua arah. Sudah jalanannya nggak lagi lebar, berlubang, dan lalu lintas yang sedemikian padat menimbulkan polusi udara dari kendaraan-kendaraan besar pengangkut material ditambah debu-debu beterbangan, cukup membuat saya geregetan juga (apalagi Danto yang ada di belakang kemudi?). Jalanan proyek lah ini emang. Jadi ngebayangin Fahmi yang sekarang lebih memilih pergi pulang dari rumahnya ke kampus. Bagaimana dia harus melewati ini semua setiap hari?

Dari penunjuk jalan saya jadi tahu, sekarang saya berada di sekitaran daerah Cisauk. Motor terus melaju. Sampai setelah melewati sebuah kantor kecamatan, Fahmi berbelok ke kiri. Danto mengikuti. Sampailah kami di sebuah lingkungan perumahan. Akhirnya, here we are...

Rumah Fahmi. Jadi ingat rumah sendiri. Lingkungan dan suasananya sebelas dua belas lah (ih sok nyama-nyamain) Kebetulan orang tua Fahmi lagi nggak ada di rumah. Adanya Mylo sama dua adik perempuan Fahmi, Via sama siapa ya? Yang satunya belum sempat kenalan, abisnya pada malu-malu sih :) Kyaaa malah jadi ingat adik perempuan di rumah. Oiya, kenalkan... Mylo. Kucing persia yang ditemukan di bawah kolong mobil milik keluarga Fahmi dan kemudian diadopsi. Biarpun Mylo ini seekor pejantan, tapi entah kenapa dia sukanya maen di kolong. Mungkin dia pemalu.

Mylo


Kami mengisi waktu dengan ngobrol ngalor-ngidul sambil menikmati hidangan es lilin kecil isi yogurt aneka rasa oleh-oleh dari Bandung kata Fahmi. Ada kali tiga sampai empat batang es lilin yogurt yang berhasil saya habiskan. Cuaca cukup panas sih emang, lumayan jadi bisa mendinginkan jiwa, hati dan perasaan. Tapi tidak dengan perut. Keesokan paginya saya mules.

Memasuki waktu Dzuhur, kami pun menyegerakan mengambil air wudhu dan kemudian sholat berjamaah. Setelah itu Fahmi membagi-bagikan piring dan mengomandokan untuk makan siang. Benar saja, ibunya Fahmi udah masakin beberapa sayur dan lauk untuk kami. Wah, maaf ya tante jadi repot begini..nyempetin masak sebelum pergi. Karena menu yang terhidang menggoda iman, saya pun mengambil sedikit-sedikit dari hidangan yang ada biar bisa merasakan semua. Enak! Tuh kan, lagi-lagi jadi keinget masakan emak di rumah. Yang namanya masakan seorang ibu emang paling enak sedunia. Hebatnya mereka punya taste memasak berbeda-beda. Masakan ibunya Fahmi enak, masakan emak di rumah juga enak. Tapi enaknya beda. Seperti punya khas masing-masing.

Usai santap siang, tour de Serpong pun dimulai.

First Destination: Grand Bowling WTC Matahari Serpong.


Kata Fahmi, tempat main bowling-nya baru buka jam 2 siang. Sambil menunggu waktu bukanya, kami yang sudah sampai di salah satu pusat perbelanjaan kenamaan di Serpong ini menyempatkan diri untuk mengunjungi toko buku. Lumayan untuk mengulur waktu. Saat mendekati waktu yang dinanti-nanti, kami pun segera keluar dari toko buku lalu menuju lantai teratas gedung ini menggunakan eskalator. Rada aneh juga pas di eskalator menuju lantai teratas kok kayanya mentok gini jalannya. Di luar jendela malah ada ruang terbuka yang menunjukkan kalau kita berada di roof top gedung ini. Benar saja, di ujung eskalator ini kami disambut poster besar bertuliskan "Welcome to Grand Bowling" dan sepasang meja kursi dengan sebuah pin (sasaran bola bowling) yang besar. Fahmi sebagai tour guide kami tentu lebih tahu. Dari situ kami belok kanan keluar ruangan dan diujung terlihat penunjuk arah menuju lokasi bowling. Belok kiri dan kami telah sampai, namun suasana masih sepi. Berempat kami jadi bingung. Ini udah jamnya buka loh, tapi kok kaya nggak ada kehidupan gitu di sini? Fahmi celingukan ke arah ruang di belakang meja receptionist.



 Ada seorang pria keluar dari arah pintu ruangan itu, lalu Fahmi bertanya,"Belum buka ya mas?". "Udah kok, ini udah buka." jawab mas-mas itu dan kemudian mengutak-atik komputer membuka pendaftaran. Pegawai yang lain rupanya tengah mengepel, menyalakan lampu, mengecek mesin dan lintasan bowling, pokoknya bener-bener baru bukalah ini tadi. Jadilah kami pelanggan pertama yang mendaftar. Tarif untuk permainan ini cukup terjangkau ternyata, hanya dengan IDR16,000/game per orang (weekdays), atau bisa juga mendapatkan potongan harga sebesar IDR6,000 dengan menunjukkan kartu pelajar. (Nah, tahu kan sekarang buat apa kami membawa serta KTM kami). Oiya, kalau tarif weekend IDR20,000/game per orang. Nah, sama halnya dengan bermain ice skating di mana kita harus menyewa sepatu khusus, bermain bowling ini pun kita harus menyewa sepatu yang memang didesain untuk memudahkan pergerakan kita di lantai bowling yang licin.

Setelah pakai sepatunya jangan lupa untuk memilih bola bowling-nya, sesuai kemampuan ya, jangan sesuai selera. Bola bowling beragam beratnya, dari sekitar 8-13 kg waktu itu yang kami gunakan. Sesuaikan berat dengan kemampuan Anda untuk melemparkan bola itu. Pokoknya senyaman mungkin buat Anda pribadi dan kalau bisa sekali lempar langsung strike! hehe Cara memegang bolanya dengan memasukkan jari tengah, jari manis dan jempol ke dalam tiga lubang yang ada pada bola tersebut, angkat, arahkan pandangan ke sasaran dan lemparkan ke lintasan hingga bola tergelinding menjatuhkan barisan 10 pin di ujung sana. Jangan lupa pose ala gaya sentrifugal/sentripetal-nya (?) *ingat pelajaran fisika

Sebelum memulai aksi, terlebih dahulu kami memasukkan nama kami masing-masing melalui layar terkomputerisasi yang tersedia di depan tiap-tiap lintasan bowling. Setiap nama akan mendapat kesempatan 10 kali permainan. Jadilah kami berempat bergiliran, mengusahakan yang terbaik yang bisa untuk memperoleh skor yang tinggi. Lumayan juga, biarpun pemula saya oke loh mainnya, biarpun cuma ngalamin yang namanya spare sekali dan belum pernah strike. hihi

Arya sempat bikin kejutan. Bola yang dilemparnya tiba-tiba strike! Dari situ dia dapat mengejar angka yang tadinya jauh tertinggal. Danto juga mulai mengejar ketika suatu waktu berhasil spare juga. Fahmi yang lebih berpengalaman main beginian hari itu rada minder kali ya sama kami bertiga yang para pemula namun udah cukup baik mainnya. Dia cuma berhasil spare sekali, no strike either :p

Arya rupanya sangat tertarik dengan permainan ini. Pengen nambah jam nih kayanya. Tapi sayang dong kalau dihabiskan di sini saja. Mumpung di Serpong nih, saatnya untuk meng-explore lebih banyak lagi pesona salah satu kota peyangga ibukota ini. Saya sebenarnya juga mulai merasakan excitement permainan ini. Hm, lain waktu sajalah menyempatkan diri main kemari, biar ada alasan untuk datang berkunjung ke Serpong lagi :)

sepatu bowlingnya kaya sepatu badut ya? hihi




yeay, i'm the winner :p


Second Destination: Summarecon Mal Serpong (SMS).


Begitu keluar dari area WTC Matari Serpong, kembali kami menerobos keramaian lalu lintas memacu sepeda motor kami menuju kawasan Summarecon Serpong. Ternyata wilayah Serpong ini luas juga ya. Dan begitu terasa denyut kehidupannya. Begitu sampai di SMS, hari sudah masuk Ashar. Kami berkeliling sejenak mengitari lantai 3 lantai bangunan ini, juga (lagi-lagi) menyempatkan diri mampir ke toko buku. Ini dari tadi mampir toko buku sih emang sebenarnya usul dari saya, belakangan minat baca tulis saya meningkat, jadi sengaja mendatangi setiap toko buku untuk mencari buku yang ingin saya baca yang juga bisa sebagai sumber inspirasi bagi tulisan saya. Namun sayang, tidak ada. Nantilah coba beli via online saja.



Di salah satu lobby pusat perbelanjaan ini sedang digelar acara "Semarak 35 Tahun Donald Duck". Jadi bakal ada pertunjukan kecil Donald Duck & friends gitu kayanya ntar, terus di sekelilingnya berjajar booth kecil yang menjajakan produk Disney juga produk dari sponsor utama acara tersebut. Fahmi merekomendasikan saya untuk berfoto bersama Donald Duck. Saya tertarik! Tapi begitu Fahmi menunjuk ke arah sudut lain di dekat lobby itu, ternyata cuma gambar. Tapi nggak apalah, kepalang tanggung, ng-alay dikit boleh lah. Haha Coba kalau yang ulang tahun Mickey Mouse, lebih prefer foto bareng tikus kece ini deh.



Cukup lelah juga kami berkeliling, akhirnya kami mencari mushola untuk menunaikan Ashar. Sempet salah baca penunjuk arah juga hingga rasanya susah untuk menemukan tempat ibadah sampai akhirnya kami bertanya pada security dan diberitahu arah menuju jalan kebenaran dan kebaikan #krik

Usai sholat kami mengunjungi ritel hipermarket yang ada di pusat perbelanjaan ini, Farmers Market, untuk membeli minuman dan camilan untuk kemudian dinikmati bersama sambil duduk-duduk santai di downtown walk yang ada di sepanjang 'teras depan' SMS ini. Entah mengapa jadi pada kompakan beli Tao Kae Noi, camilan rumput laut yang mendulang sukses pengusaha muda Thailand hingga kisahnya diangkat ke layar lebar dengan judul The Billionaire. Kami berempat menghabiskan sore itu dengan duduk berbincang di downtown walk.

downtown walk on SMS






Third Destination: Living World.
Memasuki senja kami menggeser tempat duduk kami, meninggalkan SMS menyusuri jalanan Serpong ke arah kawasan Alam Sutera, kemudian berbelok masuk ke area Living World. Sebenarnya kami mencari-cari alasan sebelumnya untuk mampir kemari. Kebetulan juga masuk waktu Maghrib. Ya sudah akhirnya tak membuang waktu kami segera bertanya tentang lokasi mushola pada security yang tengah berjaga dan setelah mendapat petunjuk arahnya kami pun mengikuti petunjuk itu. Musholanya berada di 2nd floor (udah lantai paling tinggi ini kalau nggak salah). Biar cepat kami menggunaka lift. Begitu keluar dari mesin pengangkut itu, kami jalan ke kanan menuju arah di mana mushola itu berada. Sekilas saat melirik ke arah kiri saya dapati ruang terbuka di 2nd floor ini. Semacam balcony. Seru tuh kayanya. Ntar mampir deh! Sampai di mushola, cukup baguslah tata ruangnya. Nggak sekadar tempat ibadah di pusat perbelanjaan yang umumnya sempit dan berada di dekat parkir basement.



Usai maghrib kami bergegas kembali ke arah balcony dekat lift tadi. Keluar dari bangunan induk dan berjalan mendekati pagar pembatas untuk menikmati kelap-kelip lampu di bawah sana diselingi semilir angin yang berhembus. Bolehlah kalau mau ngajak pacar duduk berdua menghabiskan waktu bersama dengan obrolan ringan sambil menikmati pemandangan malam kota Serpong dari atas sini. It'll be romantic hehe








Kami tak banyak meng-explore tempat ini. Layaknya pusat perbelanjaan, ya beginilah adanya. Nilai lebihnya sih ya ruang terbuka di atap tadi sama permainan tata lampu di kaca badan gedungnya serta dekorasi lampu di luar sekitaran gedung. (beauty is pain. keindahan cahaya lampu yang sedemikian rupa tentu bisa dikatakan membuang-buang energi) Oiya, satu lagi. Sekadar informasi lift di lantai basement dekat parkiran motor tidak bisa digunakan. Jadi naik satu lantai melalui tangga dulu, baru bisa menggunakan lift-nya. Pantaslah waktu itu kami sempat menunggu di depan lift dan tak kunjung terbuka pintunya. Sampai ada seorang pengunjung lain yang memberitahu kami.

Fourth Destination: Taman Jajan BSD sektor 1.3
Hari sudah beranjak malam. Cacing di perut sudah main keroncongan minta makan. Fahmi mengusulkan untuk makan di deretan warung makanan di bilangan BSD sektor 1.3. Setelah berada di lokasi yang dimaksud, daripada salah pilih tempat makan, saya pun meminta rekomendasi dari Fahmi yang sudah berpengalaman makan di sini sebelumnya. Akhirnya kami makan di Warung Nasi Goreng yang juga bersebelahan dengan Warung Sate Padang. Saya nyontek order dari Fahmi yang memesan Sate Padang, sedang Arya dan Danto kompakan mengorder nasi goreng. Soal rasa, ya standar makanan di pujasera/foodcourt gitu lah. Harga cukup reasonable juga. Bersantap bersama lah kami malam itu.

Begitu kenyang, segera kami menyelesaikan pembayarannya dan bergegas kembali memacu motor untuk kembali ke Bintaro. Yah, perjalanan hari ini akan segera berakhir. Cukupkan dulu hari ini, nanti diulangi lagi. Hehe...

Seperti halnya rute perjalanan kami pulang kembali ke Bintaro, (lagi) kami harus melewati jalanan yang tadi siang saat kami berangkat. Terlebih setelah belok kiri masuk ke jalan di sebelah kantor polisi sektor BSD City kalau malam begini, kurang penerangan kalau menurut saya mah. Rada ngeri juga kalau harus melintasi kawasan ini saat malam beranjak larut.

Memasuki jalanan Bintaro sektor 7, Danto sempat kehilangan jejak Fahmi karena terjebak lampu merah. Akhirnya Danto mengambil jalan sedikit memutar ke arah Giant lalu putar haluan dan berusaha mengejar Fahmi. Mungkin Danto udah sangat capai hari itu, hingga kebablasan memacu motornya. Harusnya belok di di gang sebelum masjid, Danto baru sadar ketika gangnya udah kelewat aja. Putar balik lagi, dan kemudian menyusuri jalanan ke kosan Arya. Dari arah berlawan kami berpapasan dengan Fahmi. Rupanya dia sudah mengantarkan Arya kembali ke kosnya. Kami pun saling teriak bertegur sapa dan berpamitan, tak lupa mengucapkan terima kasih satu sama lain. Karena Arya sudah diantar pulang ya sudah saya mengusulkan ke Danto untuk langsung menuju ke kos saya. Begitu menurunkan saya di depan kosan, Danto segera berpamitan mengingat malam sudah larut.

Hari ini begitu menyenangkan bisa melewati hari bersama kawan, menjelajah kota bersama dengan sesekali dihiasi canda tawa. Seru lah pokoknya. Dan masih menyisakan satu alasan untuk kembali lagi mengunjungi Serpong. Ya, Fahmi bilang pemandangan sun set di belakang gedung Marketing Office BSD City itu bagus banget. Anytime kalau ada kesempatan bolehlah mengabadikan pemandangan kala senja menyapa itu. Thanks, guys... You've made my day! The great one :')

Kalau dari Bintaro ke Serpong, sepengalaman saya bisa menggunakan alternatif alat transportasi:
  1. KRL, dari stasiun Pondok Ranji bisa membeli tiket jurusan Serpong (tarif sesuai jenis keretanya). Saya sih pernahnya turun di stasiun Rawa Buntu kemudian dilanjutkan dengan naik angkot ke arah Teraskota BSD hingga sampai ITC & BSD Junction dengan biaya IDR2,000.
  2. Sepulang dari nonton di Blitzmegaplex Teraskota sering saya menunggu bus Agra Mas warna merah jurusan Bekasi bertarif IDR4,000 turun di bawah fly over Veteran dilanjutkan dengan naik angkot putih C09 arah Ceger dengan biaya sebesar IDR4,000.
  3. Naik Taksi, Bintaro-BSD kurang lebih biayanya IDR40,000 sampai IDR50,000 via tol.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gara-Gara (Larangan) Tripod (Masuk Kabin Pesawat)

Namanya juga impulsif dan spontan, pasti ada aja ‘kejutan-kejutan’ sepanjang perjalanan. Anggaplah ini sebagai side stories atau cerita di balik layar #mendadakrinjani di postingan sebelumnya . Jadi, gue bakal ngulik hal-hal yang nggak seindah yang terlihat dalam pendakian Gunung Rinjani. Razia di bandara | dok. pribadi Perasaan gue campur aduk, excited tapi sekaligus juga deg-degan. Padahal gue udah duduk di ruang tunggu Bandara Internasional Minangkabau (BIM) di Padang, menantikan penerbangan menuju Lombok bersama kawan-kawan. Kami bermaksud untuk mendaki Gunung Rinjani, dalam kesepakatan dan berkeputusan yang serba dadakan. Banyak yang bilang kalau bikin acara dadakan kemungkinan realisasinya lebih besar dibandingkan acara yang direncanakan jauh-jauh hari. Gue pun lebih sering melakukan perjalanan yang nggak terlalu terikat perencanaan atau persiapan matang. Tapi kan ini naik gunung. Butuh persiapan lebih –setidaknya bagi gue pribadi. Mulai dari nyiapin peralatan,

Hutan Kota Tulungagung

"Hutan kota adalah hutan atau sekelompok pohon yang tumbuh di dalam kota atau pinggiran kota. Dalam arti yang lebih luas bisa berupa banyak jenis tanaman keras atau pohon yang tumbuh di sekeliling pemukiman. Hutan kota bisa merupakan hutan yang disisakan pada perkembangan kota atau sekelompok tanaman yang sengaja dibuat untuk memperbaiki lingkungan kota." - Wikipedia

Seperti Bintang: Ada, Meski Tak (Selalu) Terlihat

“ Aku menikah tahun depan. ” Bagaimana perasaanmu mendengar kalimat itu terlontar dari mulut sahabatmu? Aku tersenyum dan membelalakkan mata. Bagiku, ini adalah salah satu berita yang menggembirakan. Meski sebenarnya bukan hal yang mengejutkan karena aku pun telah lama menantikannya. Dalam hati ingin ku teriakkan ‘AKHIRNYAAA’, tapi aku tahu suaranya bergetar saat mengungkapkan hal itu. Ku tahan euforia di dada, ku pasang telinga bersiap untuk mendengarkan apa yang mungkin menjadi kegusarannya. “Aku mau puas-puasin jalan-jalan dulu. Mungkin ini tahun terakhirku”, katanya melanjutkan. Raut mukanya menunjukkan kekhawatiran seolah menikah menjadi akhir karirnya jalan-jalan. # Perkenalkan, Sadam Febriansyah, sahabatku. Kami saling mengenal sejak taman kanak-kanak dan tinggal di satu lingkungan yang sama. Pertemanan kami semakin dekat ketika kami masuk ke sekolah dasar. Satu sama lain cukup kompetitif memperebutkan juara kelas, tetapi aku yang menang kami bersain