Langsung ke konten utama

just take a chance

25 Februari 2012

me, mbak Tuti, Daniel

Beberapa hari belakangan saya mengisi waktu liburan dengan membaca buku "Mimpi Sejuta Dolar" yang berisi kisah inspiratif motivasional seorang Merry Riana. Lembar demi lembar rangkaian kata berhasil mengalihkan dunia saya. Dengan tekun saya membacanya. Terlebih lagi, apa yang diceritakan di dalam buku tersebut mendendangkan rasa senada sebagaimana yang saya telah dan sedang alami, salah satunya, "penghematan tidak wajar".

Hari itu, teman seperjuangan saya, Zaenur, mengirimkan pesan singkat berupa tawaran untuk membantu temannya, Irfan, yang juga adik kelasnya sewaktu SMA. Sebenarnya bukan masalah besar bagi saya karena telah beberapa kali saya mendapat kesempatan seperti yang didapatkan Irfan, memenangkan kuis tertentu dan sekarang saatnya untuk klaim hadiahnya. Hanya saja, mengingat domisili Irfan di Jawa Timur sementara pengambilan hadiahnya dijadwalkan malam ini di Senayan City, maka dari itu Zaenur mencoba menghubungi saya untuk dapat membantu irfan mengambil apa yang menjadi haknya.

Jujur, pada awalnya saya merasa bingung untuk menjawabnya. Secara saya sendiri tengah dalam aksi "penghematan". Perhitungan kasarnya sih untuk biaya transportasinya saja saya harus mengeluarkan uang yang melebihi target pengeluaran harian dalam rangka penghematan ini. Namun di lain pihak, saya pun merasa tak enak hati ntuk menolaknya. Ya, siapa tahu suatu saat saya akan mengalami hal semacam ini. Saya pun akan merasa bersedih bila tidak ada yang menolong saya untuk mendapatkan hak saya. Baiklah, coba saya cari tahu dulu saja bagaimana prosedur dan mekanisme untuk pengambilan hadiah yang diwakilkan seperti ini.

Saya mulai sibuk mencari tahu informasi mengenai acara "Teiwe Inspiring Luxury Night" yang digelar di The Hall Senayan City. Dari judulnya, sebenernya hati saya mulai gentar. Ini lebih terkesan acara besar di mana para sales & customer dari produk ini akan berkumpul. Padahal saya hanya tahu iklan produk Teiwe di channel Fastworld yang acapkali mondar-mandir di layar kaca. Belum lagi, berdasarkan info dari Irfan, tugas saya adalah menukarkan voucher yang nantinya akan di-email ke saya beserta scan kartu identitasnya untuk klaim hadiah berupa pena senilai jutaan rupiah pada acara itu. Tak lupa dia juga menitipkan voucher milik temannya yang juga ingin ditukarkan. Makin heran saya. Bagaimana bisa dengan semudah itu mereka berdua bisa sama-sama mendapatkan voucher yang dapat ditukarkan dengan pena senilai jutaan rupiah? Apakah ini akan membawa saya pada lembah multi-level-marketing?  Bagaimana kalau mereka ditipu pemberi harapan palsu? #ngaco

Tak kehabisan akal, saya googling dengan memasukkan keyword judul acara tersebut. Dari situ saya berhasil mendapatkan nomor yang dapat saya hubungi untuk memperoleh informasi lebih lanjut dan memastikan bahwa acara ini benar-benar ada dan jauh dari kata penipuan.

Dalam Buku Mimpi Sejuta Dolar kita disarankan untuk melatih keberanian dengan mengambil suatu keputusan yang tentu mau tidak mau harus kita tanggung segala konsekuensinya. Dan, kalau tidak mencobanya, bagaimana kita tahu? Ya, bisa jadi ini akan menjadi pengalaman baru bagi saya. Tak ada salahnya saya mengambil kesempatan ini.

Setelah berusaha meyakinkan diri untuk berangkat, saya pun akhirnya bergegas mempersiapkan diri dan men-download attachment (voucher & identity scan) dari email yang dikirimkan Irfan kemudian mencetaknya di tempat rental komputer untuk nantinya sebagai bukti klaim.

Selepas Ashar saya memulai perjalanan dari Pondok Aren menuju Senayan dengan kendaraan umum. Belum ada pukul lima sore, saya sudah berada di sekitaran Senayan. Karena acara "Teiwe Inspiring Luxury Night" di Senayan City dijadwalkan mulai pukul 19.00 WIB, maka saya akhirnya berjalan-jalan sore menyusuri trotoar dari  depan Ratu Plaza ke arah FX, belok kiri dan belok kiri lagi menuju Plaza Senayan. Karena masih banyak waktu, akhirnya saya memutuskan untuk duduk-duduk di lobby Plaza Senayan sambil menunggu dentang pukul 6 dari jam melodi di sana.

tik..tok..tik..tok...

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Usai jamaah Maghrib di musholla Senayan City saya menyegerakan diri untuk mencapai The Hall Senayan City yang berada di 8th floor. Saya menggunakan lift yang menjadi akses menuju TKP sebagaimana petunjuk dari bagian informasi. Dan begitu pintu lift terbuka...

Glek!

Keluar dari ruang sempit mesin pengangkut itu, saya benar-benar takjub! Di hadapan saya orang-orang berpakaian rapi formal dan jelas terpancar bahwa ini adalah gelaran acara yang tidak biasa. Alhamdulillah saya waktu itu menggunakan outfit (atasan batik dan celana bahan dan sendal) yang cukup formal untuk mengimbangi keadaan. Saya berjalan di tengah ruangan. Sumpahlah, bikin ciyut nyali ini mah. Di sebelah kanan ada wall of fame seolah berada di hamparan karpet merah. Belum lagi dari jajaran meja-meja registrasi tamu yang saya temukan adalah meja bagi tamu VVIP, VIP, dan tamu undangan penting yang lain. Sampai akhirnya saya bertanya pada salah seorang usher man untuk mencari tahu apa dan bagaimana yang harus saya lakukan. Saya berusaha menjelaskan maksud kedatangan saya sambil menunjukkan cetakan voucher yang sekaligus difungsikan sebagai undangan. Saya sampaikan pula bahwa saya diminta  menemui mbak Tuti untuk mekanisme lebih lanjut seperti yang diinformasikan Irfan. Digiringlah saya menuju sebuah meja di sisi lain ruangan itu dan dipertemukan dengan mbak Tuti. Mbak Tuti ini yang kemudian memberikan petunjuk kepada saya untuk terlebih dahulu melakukan registrasi dengan mengisi buku tamu khusus pemenang kuis sembari beliau mengambilkan hadiah-hadiah sebagaimana tercantum dalam voucher tadi dan memasukkannya ke dalam goody bag yang kemudian diserahkan kepada saya.

Mbak Tuti mengantarkan saya bersama sebuah keluarga pemenang kuis masuk ke dalam hall tempat acara akan dilangsungkan. Dari balik pintu terlihat meja-meja bundar dilengkapi kursi-kursi 'bertebaran' mengisi ruangan dengan sebuah tata panggung yang menjadi venue utama, juga meja untuk buffet di dua sisi berbeda dalam ruangan itu. Pelayan pun hilir mudik melayani para tamu yang telah duduk manis di belakang meja-meja bundar itu. Fix lah ini, saya terjebak dalam sebuah acara besar sekelas Gala Dinner.

Saya pun akhirnya menempati satu meja bersama satu keluarga yang masuk bersama tadi. Begitu duduk, pelayan menghambur menawarkan pastry dan minuman kepada kami.

Pemuda chinese yang juga bagian dari keluarga tersebut mengulurkan tangan ke arah saya dan kami pun saling berkenalan. Namanya Daniel. Jajaka Bandung tea! hehe He's very kind person. Baru sebentar kenal, topik obrolan kami udah kacau kemana-mana bahas ini itu banyak sekali. Biarpun dia lebih muda satu tahun dari saya, tapi cukup enak dan nyambung kok. Bahkan, Mbak Tuti sedari di meja registrasi tadi terus memuji Daniel yang dinilainya kreatif mengikutsertakan keluarganya dalam kuis dan berhasil memboyongnya ke sini, juga hadiah yang diperolehnya adalah akumulasi nilai hadiah tertinggi! Hm, nggak heran sih mbak secara Daniel kuliahnya di jurusan Bisnis :)

Anya Dwinov dan seorang presenter pria yang tak begitu saya hafal namanya muncul dari belakang panggung untuk membuka acara malam itu. Layaknya MC pada umumnya, tentu di awal acara mereka menyapa para tamu undangan juga memperkenalkan beberapa 'orang penting' yang hadir dan di antaranya nanti akan memberikan sambutannya di podium. Dari situlah saya mengetahui bahwa dalam ruangan yang sama, telah hadir juga pasangan atlet membanggakan yang mengharumkan nama Indonesia dalam Olimpiade Barcelona tahun 1992, Susi Susanti dan Alan Budikusuma. Ada juga motivator nomor satu Indonesia, Andri Wongso. AAAAAAAA rasanya tak percaya! Sungguh tak pernah menyangka akan terjebak dalam situsi kondisi seperti ini.

Susi Susanti-Alan Budikusuma juga Andri Wongso adalah tiga dari sepuluh orang yang akan mendapatkan penghargaan Inspiring Person 2012 dari Teiwe malam itu. Ada juga pasangan Nia-Ari Sihasale, Liliana Tanusoedibjo, Dian Pelangi dan Sebastian Gunawan (designer) -dua orang lagi siapa ya? hehe maaf lupa -,-

Suasana menghangat ketika pembawa acara mengadakan kuis kecil-kecilan dan membagikan merchandise kepada beberapa hadirin yang beruntung. Mike Mohede pun berhasil menggebrak panggung dengan suara merdunya menyanyikan lagu Sempurna - Andra and the Backbone untuk mengamini produk terbaru dari Teiwe yang di-launching pada malam itu, sebuah jam tangan couple bernama Paragon dengan flawless tagline-nya. Senk Lotta bersama seorang model pria yang menjadi Teiwe ambassador melenggang sembari bergaya memperlihatkan keindahan arloji yang dikenakannya.

Tibalah saat yang paling membahagiakan. Let's have a meal! yeay! Berduyun-duyun para tamu undangan bergeser dari tempat duduk mereka membuat antrian panjang mengekor di meja buffet. Wah, lumayan 'menggunung' juga ya makanan di piring mereka saat meninggalkan meja buffet dan segera menyantapnya begitu kembali ke tempatnya di meja bundar masing-masing. hihihi... Tapi jelas yang mebuat saya paling bersyukur, saya bisa makan gratis malam ini. kikikikik

Acara masih terus berlangsung, bahkan kembali Mike menghibur kami dengan lantunan just the way you are-nya Bruno Mars. Saya masih berbincang ringan juga dengan Daniel dan Mbak Tuti yang nyamperin kami di meja sambil mempromosikan produk-produk Teiwe. Sebenarnya sih mbak, salah alamat kalau menawarkannya kepada kami yang masih mahasiswa begini. hehe

Karena sudah pukul 21.15 WIB, ini saatnya Cinderella pulang sebelum keretanya berubah jadi labu (?) Ya, sebelum malam kian larut, saya memutuskan untuk undur diri pulang terlebih dahulu, mengingat saya menggunakan transportasi umum yang terkadang susah untuk mendapatkan metromini ke arah jalan pulang.

Rasanya baru kemarin membaca cerita Merry Riana yang menjadi pelayan hingga akhirnya Merry sukses dan mendapatkan kesempatan luar biasa menjadi 'orang penting' dalam gelaran acara serupa, juga keberanian dia meminta foto bersama Anthony Robbins yang merupakan motivator kelas dunia. Kini saya dapat merasakan secara nyata apa yang digambarkannya itu. Hanya saja, sayang rasanya saya melewatkan kesempatan untuk dapat berfoto bareng dengan Susi Susanti-Alan Budikusuma dan Andri Wongso yang di depan mata. Apa daya, ponsel saya mati dan saya belum memiliki pocket camera.

Benar-benar tak pernah menyangka atas apa yang saya dapatkan malam itu. Sebuah pengalaman baru dan luar biasa bagi saya. Saya sangat bersyukur bisa 'terjebak' dalam acara tersebut dan sebagai bonusnya, saya mendapatkan teman baru. Begitulah, kita tak akan pernah tahu bila tidak berani untuk mencoba kesempatan yang ada di hadapan kita. Just take a chance! ;)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gara-Gara (Larangan) Tripod (Masuk Kabin Pesawat)

Namanya juga impulsif dan spontan, pasti ada aja ‘kejutan-kejutan’ sepanjang perjalanan. Anggaplah ini sebagai side stories atau cerita di balik layar #mendadakrinjani di postingan sebelumnya . Jadi, gue bakal ngulik hal-hal yang nggak seindah yang terlihat dalam pendakian Gunung Rinjani. Razia di bandara | dok. pribadi Perasaan gue campur aduk, excited tapi sekaligus juga deg-degan. Padahal gue udah duduk di ruang tunggu Bandara Internasional Minangkabau (BIM) di Padang, menantikan penerbangan menuju Lombok bersama kawan-kawan. Kami bermaksud untuk mendaki Gunung Rinjani, dalam kesepakatan dan berkeputusan yang serba dadakan. Banyak yang bilang kalau bikin acara dadakan kemungkinan realisasinya lebih besar dibandingkan acara yang direncanakan jauh-jauh hari. Gue pun lebih sering melakukan perjalanan yang nggak terlalu terikat perencanaan atau persiapan matang. Tapi kan ini naik gunung. Butuh persiapan lebih –setidaknya bagi gue pribadi. Mulai dari nyiapin peralatan,

Hutan Kota Tulungagung

"Hutan kota adalah hutan atau sekelompok pohon yang tumbuh di dalam kota atau pinggiran kota. Dalam arti yang lebih luas bisa berupa banyak jenis tanaman keras atau pohon yang tumbuh di sekeliling pemukiman. Hutan kota bisa merupakan hutan yang disisakan pada perkembangan kota atau sekelompok tanaman yang sengaja dibuat untuk memperbaiki lingkungan kota." - Wikipedia

Seperti Bintang: Ada, Meski Tak (Selalu) Terlihat

“ Aku menikah tahun depan. ” Bagaimana perasaanmu mendengar kalimat itu terlontar dari mulut sahabatmu? Aku tersenyum dan membelalakkan mata. Bagiku, ini adalah salah satu berita yang menggembirakan. Meski sebenarnya bukan hal yang mengejutkan karena aku pun telah lama menantikannya. Dalam hati ingin ku teriakkan ‘AKHIRNYAAA’, tapi aku tahu suaranya bergetar saat mengungkapkan hal itu. Ku tahan euforia di dada, ku pasang telinga bersiap untuk mendengarkan apa yang mungkin menjadi kegusarannya. “Aku mau puas-puasin jalan-jalan dulu. Mungkin ini tahun terakhirku”, katanya melanjutkan. Raut mukanya menunjukkan kekhawatiran seolah menikah menjadi akhir karirnya jalan-jalan. # Perkenalkan, Sadam Febriansyah, sahabatku. Kami saling mengenal sejak taman kanak-kanak dan tinggal di satu lingkungan yang sama. Pertemanan kami semakin dekat ketika kami masuk ke sekolah dasar. Satu sama lain cukup kompetitif memperebutkan juara kelas, tetapi aku yang menang kami bersain